Waspadai Risiko Komplikasi Kehamilan Anak Kembar
Menurut dokter subspesialis fetomaternal, kehamilan kembar bukan sesuatu yang normal. Bahkan miliki risiko tinggi.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kehadiran si kecil menjadi anugerah terbesar bagi setiap pasangan suami istri. Terlebih jika anak tersebut kembar. Tentu muncul kebahagiaan yang tidak terhingga.
Belakangan, banyak juga pasangan yang menginginkan anak kembar.
Namun, bunda dan ayah perlu waspada. Kehamilan anak kembar ternyata dapat menimbulkan risiko komplikasi.
Hal ini diungkapkan oleh Dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis kedokteran fetomaternal dari RS Pondok Indah dr Novan Satya Pamungkas, Sp. O. G, Subsp. KFM.
Sebelumnya ia menjelaskan jika kehamilan kembar bukan sesuatu yang normal. Bahkan miliki risiko tinggi.
"Ada pasien menganggap hamil kembar lucu. Lucu kalau sudah lahir. Selama hamil perjuangan luar biasa," ungkapnya pada media briefing yang diselenggarakan RS Pondok Indah di Jakarta Pusat, Selasa (20/2/2024).
Risiko pertama, komplikasi kekurangan anemia jauh lebih tinggi.
Dua janin yang dikandung ibu membuat kebutuhan zat besi jadi meningkat, sehingga kejadian anemia lebih tinggi dibandingkan hamil tunggal.
Kedua, muncul risiko terjadinya pre-eklampsia.
Preeklamsia adalah komplikasi pada ibu hamil yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine.
Komplikasi ini bisa membahayakan janin di dalam kandungan.
Salah satunya menyebabkan pertumbuhan janin terlambat atau janin tidak berkembang.
Hal ini disebabkan oleh suplai darah yang membawa oksigen terhambat dan tidak sampai ke plasenta bayi.
Ketiga, hamil kembar dengan dua plasenta meningkatkan risiko kelahiran prematur meningkat.
"Risiko ketubannya semakin banyak, menyebabkan perut ibu meregang. Sehingga meningkatkan risiko prematur, dan pendarahan pasca melahirkan," jelasnya.
Selain itu pada janin kembar, akan berbagi ruangan dengan saudaranya . Sehingga tidak jarang ukuran anak kembar lebih kecil dibandingkan hamil tunggal.
"Jarang hamil kembar di atas 2,5 kilogram. Indonesia jarang di atas 2,5 kilogram. Dan kehamilan kembar meningkatkan risiko cacat bawaan lahir" imbuhnya.
Keempat, pada kembar identik dengan satu plasenta, ada satu janin yang berperan sebagai donor.
Janin lain sebagai penerima dari pendonor yang memompakan darah ke janin.
Dampaknya, janin yang mendonorkan jadi lebih kecil.
Air ketuban habis, sedangkan janin yang menerima jauh lebih besar dengan air lebih ketuban.
"Ini sangat berisiko. Tidak hanya salah satu, keduanya berisiko. Salah satu penanganannya adalah memutuskan aliran darah ke antara janin," paparnya.
Sayangnya, tidak semua rumah sakit yang bisa melakukan tindakan tersebut.