Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kebiasaan Buruk Masyarakat Indonesia Tingkatkan Faktor Risiko Penyakit Kritis

Tercatata 35 persen kematian karena serangan jantung, kemudian disusul penyakit kanker berada pada posisi kedua, yakni 12 persen.

Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Kebiasaan Buruk Masyarakat Indonesia Tingkatkan Faktor Risiko Penyakit Kritis
Istimewa
Ilustrasi Serangan Jantung. Penyakit kritis banyak dialami dan jadi pemicu angka kematian tertinggi di Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyakit kritis banyak dialami dan jadi pemicu angka kematian tertinggi di Indonesia.

Data World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung menjadi penyakit kritis penyumbang angka kematian tertinggi di Indonesia.

Baca juga: Kolaborasi dengan 100 Psikiater Dukung Peningkatan Kesadaran Kesehatan Mental

Tercatata 35 persen kematian karena serangan jantung, kemudian disusul penyakit kanker berada pada posisi kedua, yakni 12 persen.

 
Hal ini tak lepas dari kebiasaan buruk masyarakat Indonesia.

Mengutip laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan menyajikan data bahwa sebanyak 21,8 persen orang dewasa mengalami obesitas.

Baca juga: Kemenkes: Penyebab Kematian Petugas Pemilu Terbanyak Dipicu Penyakit Jantung

Kemduia 29,3 persen memiliki kebiasaan merokok; 33,5 persen masyarakat kurang melakukan aktivitas fisik; kemudian 95,5 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah.

Kebiasaan-kebiasaan buruk ini meningkatkan faktor risiko penyakit kritis yang mungkin dihadapi masyarakat Indonesia.

BERITA REKOMENDASI

Di sisi lain, hasil survei dari medical trend summary Mercer Marsh Benefits pada 2021 hingga 2023 menyebutkan inflasi biaya medis di Indonesia meningkat 13,6 persn pada 2023 dari sebelumnya 12,3 persen pada 2022.

Itu pun lebih tinggi dari rata-rata inflasi biaya kesehatan di Asia yang 11,5 persen.

Ini berbeda jika dibandingkan dengan inflasi secara ekonomi yang sebesar 3,3 persen.

Artinya, inflasi kesehatan beberapa kali lipat lebih tinggi dari inflasi secara umum.

Lantas, apa yang harus dilakukan untuk memproteksi diri?

Asuransi menjadi salah satu pilihan.

Christine Setyabudhi, Presiden Direktur & Chief Executive Officer (CEO) BCA Life mengatakan, tren pola hidup yang kurang sehat namun sulit dihindari oleh sebagian masyarakat membuat asuransi penyakit kritis sebagai kebutuhan penting setelah asuransi kesehatan.

Karena itu BCA Life menghadirkan BCA Life Pelindung Penyakit Kritis sebagai solusi jangka panjang bagi masyarakat agar dapat menjalani hidup dengan tenang dan nyaman tanpa harus memikirkan biaya medis yang setiap tahun selalu mengalami inflasi diatas rata-rata inflasi ekonomi. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas