Pasien DBD dengan Obesitas Berisiko Alami Kondisi Sakit Lebih Parah, Begini Penjelasannya
Kasus demam berdarah dangue (DBD) tengah menjadi sorotan seiring kenaikan kasus di beberapa wilayah Indonesia.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus demam berdarah dangue (DBD) tengah menjadi sorotan seiring kenaikan kasus di beberapa wilayah Indonesia.
Dilansir dari Wartakota Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karawang, Yayuk Sri Rahayu mengatakan, jumlahnya mencapai 182 kasus DBD hingga Februari 2024.
Terkait hal ini, masyarakat sudah seharusnya waspada. Terlebih pada orang yang memiliki berat beban berlebih atau obesitas.
Karena pasien DBD dengan Obesitas berisiko alami situasi yang lebih berat.
Hal ini diungkapkan Bidang Advokasi lembaga Pemerintah PB IDI & Spesialis Penyakit Dalam - Konsultan Penyakit Tropik Infeksi Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Dr. dr. Soroy Lardo, Sp.PD., K.PTI., FINASIM.
"Pasien obesitas, risiko beratnya lebih tinggi karena kadar virus lebih tinggi," ungkapnya pada media briefing virtual yang diselenggarakan PB IDI, Selasa (26/2/2024).
Ini dikarenakan ada suatu mekanisme pada lemak yang menyebabkan virusnya lebih tinggi.
Selain itu obesitas membuat tampilan gejalanya tidak tampak seperti penyakit berat.
"Tapi kalau diperiksa fase kritis dengan hati-hati biasanya (akan tampak) tensi turun," jelasnya.
Lebih lanjut, dr Lardo ungkap masyarakat perlu memerhatikan gejala DBD dengan seksama.
Karena lebih awal mengetahui infeksi DBD, dapat menghindari keparahan bahkan kematian.