Masih Ditemukan Takjil dengan Bahan Berbahaya, BPOM Ungkap Risikonya
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)mengungkap, alasan oknum pedagang yang masih menggunakan bahan berbahaya pada takjil jualannya.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)mengungkap, alasan oknum pedagang yang masih menggunakan bahan berbahaya pada takjil jualannya.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM RI Ema Setyawati menerangkan bahwa formalin masih digunakan oknum agar barang dagangannya awet.
Baca juga: BPOM Awasi Pintu Masuk ke RI, Imbas Suplemen Penurun Kolesterol Jepang yang Tewaskan 5 Orang
Panganan buka puasa yang diberi kandungan formalin diharapkan bisa lebih tahan lama, dalam durasi yang tidak wajar.
Sementara untuk pewarna berguna untuk membuat tampilan takjil menjadi lebih menarik.
"Barang yang kena formalin pun lalat nggak akan hinggap. Jadi lalat saja punya 'sinyal' itu tidak bisa dihinggapi. Ketika bicara pewarna, biasanya warnanya betul-betul terang sekali," ungkap Ema dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/4/2024).
Sementara boraks, ditambahkan dalam panganan dengan harapan sebagai pengeyal.
"Untuk boraks sebagai pengeyal. Kadang dipakai di kerupuk agar susah melempem. Jadi kita lihat kekenyalan makanan itu masuk akal nggak sih," jelas dia.
Baca juga: 50 Warga Jember Keracunan Takjil, 7 Panitia Bagi-bagi Takjil Diperiksa, 300 Kotak Makanan Dibagikan
Ditambahkan Kepala BPOM RI, L. Rizka Andalusia, ada sejumlah bahaya yang mengintai mulai efek ringan sampai berat jika terus menerus mengkonsumsi makanan mengandung bahan berbahaya.
Efek ringannya bisa merasakan mual, muntah, dan pusing. Sementara dampak jangka panjang bisa menyebabkan kanker karena ada kandungan karsinogen dalam bahan pengawet.
"Meski dikonsumsi dalam jumlah kecil, bahan berbahaya bisa berefek jangka panjang untuk tubuh," ungkap dia.
Diketahui dalam BPOM selama ramadan ini melakukan pengawasa. Dari 9.262 takjil yang dijadikan sampel, 112 diantarnya mengandung bahan berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin B, maupun metanil.
Pengawasan dilakukan terhadap 3.749 pedagang
di 1.057 titik lokasi pengawasan.
Hasilnya 48,04 persen mengandung formalin ditemukan pada Mi kuning, teri, tahu, cincau, agar, cumi, ikan peda, terasi.
25,49 persen mengandung Rhodamin B ditemukan pada Cendol, Mutiara, kerupuk pasir, jelly merah, jenang merah, pacar cina, mie pelangi.
27,45 persen mengandung boraks berupa Kerupuk, cao, cendol, cilok, otak-otak, sate usus, kerrang, udang , tahu, teri.
0,98 persen mengandung metanil berupa Tahu orange.