Program Makan Siang Gratis, Selain Siswa Sekolah, Ibu Hamil-Balita Juga Perlu Dukungan
Menurut International Dairy Federation (IDF), konsumsi makanan bergizi seperti susu telah terbukti berhubungan dengan peningkatan prestasi akademik.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Muhammad Zulfikar
Hasiolan EP/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM - Program pemberian susu gratis bagi anak-anak tidak hanya tentang meningkatkan gizi, tetapi juga tentang membentuk masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.
Menurut International Dairy Federation (IDF), konsumsi makanan bergizi seperti susu telah terbukti berhubungan dengan peningkatan prestasi akademik dan perilaku anak-anak.
Dengan mempertimbangkan berbagai model yang telah diterapkan di negara lain, Indonesia dapat mengambil pelajaran berharga dalam merancang program susu gratis yang efektif dan berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak Indonesia.
Baca juga: Prabowo Tinjau Program Makan Siang Gratis di Sekolah Beijing: Makanannya Sangat Sehat
Sejumlah negara, tercatat sudah melaksanakan pemberian susu gratis dan cukup berhasil meningkatkan kesehatan anak-anak. Berikut beberapa negara, yang dinilai cukup berhasil dalam menjalankan pemberian susu gratis untuk anak-anak, termasuk untuk mencegah stunting.
Dilansir Kontan, Global Child Nutrition Foundation (GCNF) berjudul School Meal Programs Around the World: Results from the 2021 Global Survey of School Meal Programs. Laporan ini menunjukkan bahwa, dari 139 negara yang disurvei, 125 di antaranya memiliki setidaknya satu program pemberian makanan berskala besar di sekolah dasar dan sekolah menengah.
Baca juga: Program Makan Siang Gratis dan Bantuan Gizi Jadi Agenda Besar Prioritas Prabowo-Gibran
Laporan itu menyatakan bahwa setidaknya 330,3 juta anak menerima makanan sekolah mulai 2020. Persentase dari seluruh usia anak sekolah dasar dan menengah yang menerima program ini adalah 27 persen.
Sementara itu, laporan pada 2022 dari World Food Program, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pangan, menyatakan bahwa dari sampel data 176 negara diperoleh angka 418 juta anak menerima manfaat dari program makanan di sekolah. Jumlah ini 30 juta lebih banyak dibanding 388 juta anak yang mendapatkan manfaat serupa sebelum pandemik pada awal 2020.
Dalam aspek usia, dari jumlah tersebut sekitar 41% merupakan anak sekolah dasar yang mendapatkan makanan gratis atau bersubsidi. Dalam aspek pendapatan, program ini menjangkau 61% anak usia sekolah di negara berpendapatan tinggi, 48% di negara berpendapatan menengah atas. Sementara, di negara berpendapatan rendah, hanya 18% siswa yang menerima makanan di sekolah setiap hari.
Selain program nutrisi untuk anak usia sekolah, diperlukan juga kebijakan untuk mencegah stunting di awal masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Fokus untuk program ini adalah pada pendampingan untuk Ibu Hamil dan Bayi, serta pemberian dukungan nutrisi bagi Ibu Hamil dan Bayi yang memerlukan.
Apalagi, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022 angka stunting di Indonesia berada di 21,6%. Jumlah tersebut terbilang cukup tinggi bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Indonesia sendiri memiliki target untuk mencapai prevalensi stunting sebesar 14% di tahun 2024.
Ada beberapa cara untuk mencegah stunting yang dimulai saat masih dalam masa kehamilan. Yaitu, dengan memenuhi kebutuhan Nutrisi. Nutrisi Ini merupakan salah satu hal yang penting dilakukan guna mencegah stunting pada anak.
Agar proses tumbuh kembang anak bisa berjalan dengan optimal, ia perlu mendapatkan asupan nutrisi yang cukup di 1000 hari pertama kehidupannya, yakni sejak masih menjadi janin hingga usia sekitar 2 tahun.
Selama hamil, Bumil perlu mengkonsumsi cukup makronutrien, seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Selain itu, Bumil juga perlu mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya vitamin dan mineral, yakni zat besi, asam folat, kolin, magnesium, yodium, zinc, vitamin A, vitamin B, dan vitamin D.
Baca juga: Program Makan Siang Gratis Berpotensi Ciptakan Impor Pangan Besar-besaran