Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

WHO Temukan Hampir 10 Persen Jajanan Indonesia Mengandung Lemak Trans, Apa Risikonya?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) temukan lemak trans dalam pasokan pangan dan jajanan Indonesia dari studi dasar. Apa dampaknya?

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in WHO Temukan Hampir 10 Persen Jajanan Indonesia Mengandung Lemak Trans, Apa Risikonya?
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GAN
Sejumlah warga membeli jajanan untuk berbuka puasa yang dijual pedagang kaki lima di Pasar Kuliner Ramadhan, Jalan Saketi, Desa Rancamanyar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Sabtu (25/3/2023). Gelar jajanan yang berlangsung selama Ramadhan ini banyak didatangi warga sekitar, dari pukul 15.00 WIB hingga menjelang berbuka puasa. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) temukan lemak trans dalam pasokan pangan dan jajanan Indonesia dari studi dasar.

Penelitian yang melibatkan pengujian laboratorium terhadap 130 produk di empat kategori makanan menemukan minyak dan lemak, margarin dan olesan, makanan kemasan yang terbuat dari lemak (seperti biskuit, kue kering, wafer, kue, dan roti).

Baca juga: Penelitian WHO: Banyak Produk Pangan di Indonesia Mengandung Lemak Trans Melebihi Rekomendasi

Serta makanan siap saji seperti mi goreng, nasi goreng, ayam goreng, kentang goreng, dan roti.

"Hasilnya, ditemukan hampir 10 persen produk yang disurvei atau sekitar 11 makanan mengandung kadar lemak trans melebihi standar WHO,"ungkap Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr. N. Paranietharan dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, Selasa (7/5/2024). 

WHO sendiri merekomendasikan kadar lemak trans dalam pangan kurang dari 2 gram per 100 gram total lemak. 

Sebagai informasi, lemak trans atau asam lemak trans adalah asam lemak tak jenuh yang berasal dari sumber alami atau industri. 

BERITA REKOMENDASI

Konsumsi lemak trans secara signifikan dapat meningkatkan risiko serangan jantung.

Selain itu lemak trans juga berkontribusi terhadap 500.000 kematian akibat penyakit jantung koroner secara global setiap tahunnya.

Terkait hal ini, Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono ungkap cara paling efektif mengurangi lemak trans dalam pasokan pangan, yaitu melalui regulasi. 

Baca juga: Makanan dengan Kandungan Lemak Trans Tinggi Picu Perilaku Agresi

Langkah pertama adalah membatasi kadar lemak trans hingga 2 persen dari total kandungan lemak di semua makanan.

Langkah kedua, pelarangan minyak terhidrogenasi sebagian (Partially Hydrogenated Oil/PHO).

"Termasuk pelarangan produksi, impor, penjualan, dan penggunaan PHO pada semua makanan," kata Dante dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Selasa (7/5/2024). 

Dante menegaskan, Indonesia berkomitmen penuh untuk menerapkan regulasi pelarangan penggunaan lemak trans pada industri makanan di Indonesia. 

Ia pun menilai pembatasan lemak trans akan menekan penyakit jantung sekaligus membuat Indonesia berhemat triliunan rupiah. 

Selanjutnya Dante berharap penyusunan regulasi dengan melibatkan lintas sektor dapat menjadikan Indonesia negara berikutnya yang menerapkan regulasi sesuai praktik baik yang disarankan WHO.

“Kami akan merumuskan regulasi tersebut di Indonesia. Dengan begitu, masyarakat akan lebih sehat sehingga angka kematian akibat penyakit jantung dan kardiovaskular turun," papar Dante. 

Penerapan regulasi lemak trans nantinya akan dibarengi dengan edukasi secara masif terutama pada sektor informal seperti pedagang kecil dan menengah. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas