Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Ramai Soal ASI Bubuk di Medsos, Satgas ASI IDAI Beri Tanggapan 

ASI bubuk diproses dengan metode freeze-drying atau pengeringan sehingga dari bentuk cair jadi bubuk. Tujuannya untuk memperpanjang umur simpan ASI.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Ramai Soal ASI Bubuk di Medsos, Satgas ASI IDAI Beri Tanggapan 
tangkap layar Tiktok konten kreator @natasha.surya
Baru-baru ini viral soal narasi promosi yang berisi Air Susu Ibu (ASI) bisa dijadikan bentuk serbuk. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baru-baru ini ramai di media sosial (medsos) soal metode pembekuan ASI dan mengubahnya menjadi bubuk (freeze dryed).  

Metode freeze-drying atau pengeringan beku ASI menjadi bentuk bubuk dilakukan dengan tujuan memperpanjang umur simpan ASI.

Biasanya, paling lama ASI bisa bertahan 6 bulan dengan freezer. Keberadaan metode ASI bubuk ini diketahui bisa bertahan sampai 3 tahun. 

ASI bubuk ini disebut juga bisa menjadi penghematan ruang penyimpanan ASI dan meningkatkan kenyamanan ibu ketika bepergian. 

Baca juga: Awas Risiko Penggunaan ASI Bubuk untuk Bayi, Ada Ancaman Kontaminasi

Terkait hal ini, Satuan Tugas (Satgas) ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) beri tanggapan.

Ketua Satgas ASI IDAI, DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K), ungkap  dampak pengeringan beku pada komponen penting ASI saat ini memang masih belum diketahui.

Berita Rekomendasi

“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi,” kata dr Naomi pada keterangannnya, Jumat (10/5/2024). 

Namun, proses ini dapat menghilangkan kandungan air dan berdampak pada rasa dan kualitas ASI. 

Selain itu, metode freeze drying juga tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya. 

Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik vital yang ada dalam ASI. 

"Dengan demikian maka risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman. Khususnya pada saat rekonsiliasi penambahan air pada bubuk freeze dryed ASI sebelum dikonsumsi bayi," tambah dr Naomi.


Dr Naomi melanjutkan jika menyusui dan memerah ASI untuk bayi mungkin terasa melelahkan.

Situasi ini pun dapat dimengerti bila ibu ingin mencari cara termudah untuk memastikan bayi tetap memperoleh ASI. 

Hanya saja, menyusui langsung dari payudara ibu sangat direkomendasikan.

"Agar dapat terjalin kontak erat antara ibu dan bayi, menumbuhkan rasa aman dan meningkatkan ikatan orangtua-anak. Menyusui bukan sekadar memberikan ASI,” ingat Dr Naomi.

Lebih lanjut, dr Naomi menjelaskan jika Metode freeze drying ASI dianggap memiliki potensi untuk meringkas ruang penyimpanan dan mungkin lebih praktis untuk pemberian ASI di saat bayi tidak bersama ibu.

Namun metode ini adalah temuan yang masih sangat baru.

Hingga kini belum ada pembuktian lengkap melalui riset ilmiah dan tidak ada rekomen dari organisasi kesehatan. 

Terakhir, Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia memperingatkan kepada semua pihak agar tidak gegabah mempromosikan atau memberikan freeze-dryed_ASI kepada bayi.

Apalagi bayi dengan kondisi medis tertentu seperti prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.

Zat aktif yang menjadi keunggulan ASI hilang dalam proses freeze drying. 

Apalagi produk susu bubuk ini tidak steril proses pembuatannya. Ditambah adanya risiko multiplikasi bakteri selama penyimpanan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas