Waspadai Stroke Akibat Gangguan Irama Jantung, Dokter Spesialis: Bisa Menyebabkan Kematian
Penyakit ini berisiko menyebabkan stroke. Dan biasanya, seseorang yang alami stroke karena AF punya kondisi lebih berat.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gangguan irama jantung atau Fibrilasi Atrium/Atrial Fibrilasi (AF) paling banyak di masyarakat.
AF adalah salah satu jenis aritmia, yang berarti jantung berdetak tidak teratur.
Baca juga: Kerap Disangka Tanda Masuk Angin, Nyeri di Dada Ternyata Bisa Jadi Gejala Penyakit Jantung
Walau terdengar tidak serius, gangguan irama jantung sangatlah berbahaya.
Penyakit ini berisiko menyebabkan stroke. Dan biasanya, seseorang yang alami stroke karena AF punya kondisi lebih berat.
Hal ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah, Konsultan Aritmia Heartology Cardiovascular Hospital dr. Sunu B Raharjo.
Baca juga: 15 Jemaah Haji Indonesia Wafat karena Serangan Jantung, Jangan Paksakan Umrah Sunah
"Stroke yang disebabkan AF jauh lebih berat dibandingkan penyakit yang lain. Karena mekanismenya sendiri berbeda," ungkapnya saat ditemui dalam Konferensi ilmiah premier bertajuk CARES 2024 (Cardiac & Vascular Excellence Scientific Updates) yang diselenggarakan Heartology Cardiovascular Hospital di Jakarta, Sabtu (1/6/2024).
Penyakit jantung biasanya membuat pembuluh darah mengalami penyempitan atau sumbatan.
Saat terjadi stroke, darah berubah bentuk menjadi gumpalan di jantung.
Sehingga darah tidak beredar dan malah menggenang. Lama-kelamaan darah tersebut menggumpal dan terlepas.
"Gumpalan ini biasanya akan mengenai pembuluh darah besar. Sehingga area terkena jauh lebih luas dibandingkan stroke yang di pembuluh darah yang kecil," jelasnya.
"Sehingga, mortalitas dan angka kematian juga lebih tinggi. Oleh karena itu kita harus deteksi dari awal," imbaunya.
Salah satu cara untuk mendeteksi di awal adalah dengan meraba nadi di pergelangan tangan.
"Kan ada nadi di sini, kita raba, kita akan rasakan denyut jantung teratur atau tidak. Tentu harus ada konfirmasi pemeriksaaan elektrokardiografi (EKG)," tambah dr Sunu.
Baca juga: Konsumsi Garam Berlebih Picu Hipertensi hingga Jantung, Perlukah Setop Makanan Asin Sama Sekali?
Namun saat ini, hadirnya teknologi seperti smartwatch bisa mendeteksi rekaman jantung.
Keberadaan smartwatch ini sangat membantu pasien saat mengukur denyut jantung.
"Sangat banyak pasien yang datang ke saya, membawa rekaman saat dia merasa tidak nyaman dada dan berdebar. Menjadi salah satu komponen penting. Itu deteksi awal," paparnya.
Kalau sudah dipastikan adanya gangguan irama jantung, maka segera lakukan tata laksana.
"Supaya kondisi tidak berat lagi. Karena bisa menyebabkan gagal jantung, kematian dan stroke," pungkasnya.