Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Awas, Flu Singapura Merebak, Gejalanya Mirip Cacar Air

Kasus Flu Singapura dilaporkan melonjak pesat sejak masuk tahun 2024. Pada akhir Maret 2024 terdapat lebih dari 5.000 kasus

Editor: Dodi Esvandi
zoom-in Awas, Flu Singapura Merebak, Gejalanya Mirip Cacar Air
HANDOUT
Acara seminar Kesehatan dan literasi keuangan "Jaga Anak: Jangan Sampai Tertukar Memahami Flu Singapura dan Cacar Air" di RS St. Carolus Summarecon Serpong pada Sabtu, 29 Juni 2024. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus Flu Singapura dilaporkan melonjak pesat sejak masuk tahun 2024.

Laporan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyatakan bahwa pada akhir Maret 2024 terdapat lebih dari 5.000 kasus.

Pada akhir April lalu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tirmidzi mengungkapkan hampir 8.500 kasus yang tercatat.

Angka tersebut menandakan adanya tren lonjakan pasca libur Lebaran dan terjadi peningkatan tajam dibandingkan bulan sebelumnya.

Flu Singapura atau hand, foot, and mouth disease (HFMD) alias penyakit tangan, kaki, dan mulut kerap kali disalah artikan sebagai Cacar Air, karena memiliki gejala yang mirip.

Selain itu, HFMD juga merupakan penyakit tropis yang sangat cepat menular dan mayoritas diderita oleh anak, sama seperti Cacar Air.

Asuransi JAGADIRI bersama Rumah Sakit St. Carolus Summarecon Serpong mengadakan rangkaian kegiatan literasi keuangan yang dibungkus dengan seminar kesehatan bertema ancaman Flu Singapura.

BERITA REKOMENDASI

Kegiatan literasi ini menghadirkan dr. Diana sebagai narasumber.

Baca juga: Wabah Flu Burung Turut Menyerang Hewan Mamalia di 31 Negara Bagian AS, 21 Kucing Terinfeksi

Menurut dr. Diana, penyakit Flu Singapura yang sangat menular banyak terjadi di daerah beriklim tropis dan biasanya muncul pada musim hujan.

“Penyakit ini disebabkan oleh virus Coxsackievirus (CA16) dan Enterovirus (EV71). Flu Singapura merupakan penyakit infeksi yang sering menyerang pada anak, remaja, bahkan dewasa. Pada musim liburan seperti ini, hendaknya kita juga lebih waspada karena biasanya angkanya agak naik”, jelas dr Diana pada acara seminar kesehatan sekaligus literasi keuangan pada Sabtu, 29 Juni 2024 bertema ‘Jaga Anak: Jangan Sampai Tertukar Memahami Flu Singapura dan Cacar Air’.

“Kami dari RS St. Carolus Summarecon Serpong sangat mengapresiasi kegiatan literasi bersama asuransi JAGADIRI ini, mengingat Flu Singapura merupakan penyakit yang sangat mudah menular serta kasus infeksinya menyebar cepat di berbagai daerah,” tambah Diana.

Selain dr. Diana, pada kegiatan literasi di RS St. Carolus Summarecon Serpong, Asuransi JAGADIRI juga menghadirkan Financial Planner dan Head of Life and Health Indonesia IBS RE, Susatyo Widodo, ANZIIF (Assoc) CIP, APAI, CFP, IFP, AEPP, QWP serta Head of Sales Recruitment and Development Asuransi JAGADIRI, Juliana.

Kedua narasumber ini hadir untuk memberikan literasi keuangan kepada para peserta agar dapat mengelola keuangan keluarga lebih baik dan tepat.

Baca juga: Cegah Flu Burung, Kemenkes Imbau Masyarakat Hindari Konsumsi Unggas Sakit

Pada momen tersebut, Juliana juga memperkenalkan Produk Jaga Sehat Tropis dari Asuransi JAGADIRI.

Menurutnya, produk ini dirancang khusus untuk memberikan perlindungan pada anak dan dewasa mulai dari usia 3 bulan hingga 64 tahun dari 11 penyakit tropis, termasuk Flu Singapura dan Cacar Air.

Ia menyebut salah satu keunggulan Jaga Sehat Tropis adalah nasabah dapat melakukan klaim tanpa perlu rawat inap di Rumah Sakit.

HFMD dan Cacar Air, Mirip Tapi Beda

Sempat disebut sebagai penyakit baru, Flu Singapura memiliki gejala awal mirip dengan Cacar Air.

Dokter Diana memaparkan, ciri-ciri orang yang terinfeksi virus Flu Singapura biasanya ditandai dengan demam, sariawan di mulut, serta ruam dan luka lepuh di kulit terutama pada telapak tangan dan kaki yang muncul setelah 1-2 hari.

Selain itu, penderita juga merasakan nyeri saat menelan dan sulit makan.

Menurut dr. Diana, penularan Flu Singapura terjadi dari kontak orang ke orang melalui sekret/cairan hidung (ingus), tenggorokan (ludah, dahak), lesi kulit yang pecah, dan dari kotorannya.

Baca juga: Buntut Kasus di India, Pemerintah Indonesia Waspadai Penularan Flu Burung pada Manusia

Sama seperti HFMD, penyakit Cacar Air juga sangat menular melalui kontak langsung dari lesi di kulit atau melalui cairan saluran nafas.

Kemudian masa inkubasi Flu Singapura adalah 2-6 hari.

Gejala Cacar Air pada tahap awal adalah kelelahan disertai demam. Penderita akan kehilangan selera makan dan merasakan nyeri otot atau sendi, serta sakit kepala.

Ruam biasanya muncul pertama di area wajah dan badan, kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan bisa berbekas menjadi keropeng.

Masa inkubasi Cacar Air adalah 14-16 hari setelah terpapar.

Penyakit ini dapat menginfeksi semua kelompok umur termasuk neonatus (bayi usia 0-28 hari), tetapi hampir 90 persen kasus mengenai anak usia kurang dari 10 tahun dan yang terbanyak pada umur 5-9 tahun.

Mengingat kedua penyakit tersebut sangat mudah menular, apalagi saat cuaca sering berubah ekstrim seperti sekarang, orang tua perlu mengenali gejalanya agar dapat mengantisipasi penularan penyakit.

Baca juga: WHO Mengonfirmasi Kasus Pasien Tewas Pertama akibat Flu Burung Varian Baru

Masyarakat diimbau untuk segera memeriksakan diri jika mengalami gejala-gejala tersebut agar dapat memastikan diagnosis dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Pencegahan penyakit HFMD dan Cacar Air dapat dilakukan dengan menerapkan kebiasaan pola hidup bersih dan sehat.

Cuci tangan secara rutin, hindari untuk memegang mata, hidung, dan mulut, serta selalu menutup mulut saat batuk atau bersin.

Tak hanya Flu Singapura, sebagai daerah tropis, Indonesia adalah tempat berkembangnya berbagai penyakit yang berbahaya bagi anak maupun keluarga.

“Jaga Sehat Tropis memberikan perlindungan proteksi untuk 11 jenis penyakit tropis. Selain HFMD dan Cacar Air, kami juga memberikan proteksi untuk penyakit Chikungnya, Malaria, Zika, Campak, Rubela, Difteri, Hepatitis A, Demam Typoid, dan DBD,” papar Juliana.

Senada dengan Juliana, Financial Planner, Susatyo Widodo menambahkan bahwa riset oleh Mercer Marsh Benefits (MMB) mengenai Health Trends 2024 melaporkan, tren peningkatan biaya kesehatan global diproyeksikan akan tumbuh hingga 11,6% dan Asia sebesar 11,4%.

Sedangkan biaya kesehatan Indonesia diprediksi akan terus tumbuh hingga 13,0%, atau di atas proyeksi tren biaya kesehatan global dan Asia.

“Sebagai proteksi jangka panjang, asuransi dapat membantu seseorang merapikan tata kelola keuangannya, sekaligus menciptakan jaring pengaman menghadapi risiko di masa depan. Asuransi kesehatan keluarga akan sangat meringankan biaya pengobatan dan secara tidak langsung dapat turut memelihara kesehatan fisik maupun kesehatan finansial keluarga," jelas Susatyo Widodo.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas