Pria dengan Azoospermia Masihkah Ada Harapan Punya Anak? Begini Penjelasan Dokter
Azoospermia adalah kondisi di mana tidak ada sperma yang terdeteksi dalam cairan ejakulasi pada pria.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi banyak pasangan, memiliki anak adalah impian yang ingin diwujudkan.
Namun, bagi sebagian pria, kondisi medis seperti azoospermia bisa menjadi salah satu penyebab utama infertilitas pada pria.
Azoospermia adalah kondisi di mana tidak ada sperma yang terdeteksi dalam cairan ejakulasi pada pria.
Dirangkum dari berbagai sumber azoospermia dapat disebabkan oleh dua faktor utama:
Pertama, Azoospermia Obstruktif yang disebabkan oleh sumbatan pada saluran reproduksi, seperti di epididimis atau vas deferens, yang menghalangi sperma keluar.
Baca juga: 5 Cara Mempertahankan Kesuburan bagi Pasien Kanker agar Punya Anak
Testis biasanya masih memproduksi sperma normal, dan penanganannya bisa melalui pembedahan atau pengambilan sperma langsung dari testis untuk program bayi tabung (IVF/ICSI).
Kedua, Azoospermia Non-obstruktif berupa gangguan produksi sperma di testis, bisa akibat kelainan genetik, hormonal, atau masalah testis seperti varikokel.
Penanganannya lebih kompleks dan sering memerlukan terapi hormonal.
Faktor penyebab Azoospermia beragam, mulai dari kelainan genetik, gangguan hormonal, infeksi atau peradangan di organ reproduksi.
Bisa pula dipicu efek samping pengobatan, hingga efek samping dari prosedur medis tertentu seperti kemoterapi atau operasi di daerah testis.
Gejala Seorang Pria Mengalami Azoospermia
Azoospermia seringkali tidak menunjukkan gejala khusus dan baru terdeteksi saat pasangan mengalami kesulitan untuk memiliki anak.
Untuk mendiagnosis azoospermia, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan sepertI analisis sperma, tes hormon, USG Skrotum dan biopsi testis.
Dokter spesialis andrologi di Bethsaida Hospital, dr Widya Juwita, M.Biomed Sp.And, mengatakan, azoospermia bukan berarti pria tidak bisa memiliki anak.
"Dengan pemeriksaan yang tepat, kita bisa menentukan penyebabnya dan memberikan solusi yang sesuai baik melalui terapi hormon, pembedahan, atau teknik reproduksi berbantu seperti IVF (In Vitro Fertilization)," katanya, Senin (24/3/2025).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.