Lukisan Berbahan Akik hingga Bulu Unggas Ada di PSLI 2018
Pasar Seni Lukis Indonesia 2018 dipenuhi karya yang luar biasa. Ada stand yang menjual karya seni lukis dari bahan batu akik dan bulu unggas. Ada juga
Editor: Content Writer
Pasar Seni Lukis Indonesia 2018 dipenuhi karya yang luar biasa. Ada stand yang menjual karya seni lukis dari bahan batu akik dan bulu unggas. Ada juga stand karya pelukis disabilitas. Penasaran? Datang saja ke di Jatim Expo Surabaya. PSLI buka sampai 21 Oktober 2018.
Pelukis yang menggunakan bahan batu akik adalah Kamiludin. Ide itu muncul karena ingin memanfaatkan bongkahan batu akik yang terbengkalai.
“Sebenarnya ini terobosan baru dalam dunia lukis. Saya memang sudah lama menjadi pelukis, namun perlu ada sesuatu berbeda yang bisa dijadikan bahan lukisan,” ujar Kamiludin, Sabtu (13/10).
Pria yang tinggal di Candi Sidoarjo ini mengaku tak butuh waktu lama untuk memanfaatkan batu akik ini menjadi bahan lukisannya. Dia tetap memakai konsep pemandangan pada lukisan gaya barunya ini.
Kamiludin menggunakan sekitar 10-15 jenis batu dalam satu lukisan. Di antaranya batu pirus, pancawarna, batu ati ayam, dan giok. Batu-batu yang dipakai itu biasanya masih dalam bentuk bongkahan atau potongan-potongan.
“Saya harus bisa memilah jenis batu apa yang cocok untuk membentuk gunung, bangunan dan pepohonan," terang Kamiludin.
Jika dalam bentuk bongkahan, dia bisa memotong memakai gerinda menjadi potongan kecil dan ditempel di kanvas dengan lem G.
“Tapi bisa juga potongan batu itu dibuat serbuk, baru kemudian ditempel di kanvas. Biasanya ini untuk bagian laut atau langit,” pungkasnya.
Di sudut lain, ada yang mendisplay lukisan dengan bahan bulu unggas. Pelukisnya adalah Susmiadi. Dia memakai tiga jenis bulu unggas yakni ayam, bebek, dan merpati.
“Dari bulu-bulu itu saya berimajinasi membuat lukisan. Kali ini yang dijual lukisan hewan semisal macan, cheetah, kuda, dan ayam. Pernah juga Saya melukis potrait Bung Karno ukuran 3 meter × 1 meter memakai bulu,” ujarnya.
Susmiadi mengaku mendapatkan bulu-bulu itu dari pedagang di pasar. Mulai pedagang ayam, bebek hingga merpati.
“Stok bulu Saya beli dari penjual di pasar,. Bulu tak mesti sehat sehabis dicabut. Dapat satu minggu sesudah dicabut, tetapi yang penting tak basah,” ungkapnya.
Tidak jauh dari stand Susmiadi, Anda akan menemukan seseorang sedang melukis dengan cara yang tak biasa. Dia adalah Sadikin Pard. Lantaran tunadaksa (tidak memiliki tangan), Sadikin melukis menggunakan kaki dan mulut.
Tapi jangan kaget, Sadikin ternyata termasuk salah satu pelukis yang karyanya go international. Kemampuan Sadikin juga membuatnya menjadi satu dari sembilan orang Indonesia yang berhasil masuk dalam AMFPA. Sebuah asosiasi seniman lukis kaki dan mulut dunia yang bermarkas di Liechtenstein.