Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mencoba Uniknya Wisata Panen Madu dan Petik Cabe di Desa Sumber Urip

Pernahkah Anda merasakan sensasi berwisata ke desa sambil memanen madu dari sarang lebah sendiri? Atau mungkin memanen cabe yang merah merona menunggu

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Content Writer
zoom-in Mencoba Uniknya Wisata Panen Madu dan Petik Cabe di Desa Sumber Urip
TRIBUNNEWS.COM/VINCENTIUS JYESTHA
peternak lebah desa sumber urip 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha 

Pernahkah Anda merasakan sensasi berwisata ke desa sambil memanen madu dari sarang lebah sendiri? Atau mungkin memanen cabe yang merah merona menunggu untuk dipetik?

Desa Sumber Urip, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, menyediakan pengalaman tersebut bagi Anda sekalian. 




Terutama bagi yang penat dengan hiruk pikuk suasana kota, wisata ke desa macam ini sangat membantu untuk me-refresh tubuh dan pikiran.

Tribunnews.com berkesempatan untuk merasakan proses memanen madu ditemani para petani lebah madu setempat.

Ketika menuju lokasi, kita akan disuguhkan pemandangan ladang-ladang yang ditumbuhi sayuran segar dan berbukit-bukit.

Selama menyusuri ladang, angin sejuk akan selalu terasa di badan dan kadang menusuk di kulit. Hawa di desa Sumber Urip sendiri terbilang cukup dingin, karena berada di kaki bukit atau kaki Gunung Kaba.

BERITA TERKAIT

Setibanya di lokasi, terlihatlah sebuah kotak kayu yang terletak di antara pepohonan kecil. Kotak itu merupakan sarang lebah buatan yang dibuat oleh para petani lebah madu. 

Adapun di desa Sumber Urip tersebar 85 kotak kayu seperti ini, milik para petani lebah madu. 

Sekedar informasi, petani lebah madu di desa ini tergabung dalam Kelompok Tani Madu Murni Kaba Jaya, yang beranggotakan 15 orang.

Kala itu, sejumlah petani hadir dan mengawal Tribunnews.com dalam memanen madu dari lebah berjenis lebah api sirana itu. 

Kita akan dibekali sarung tangan dan penutup muka untuk menghindari sengatan lebah. Perlu diketahui, sangat penting pula untuk menggunakan jaket tebal serta celana panjang.

Saat kotak dibuka, kita akan diarahkan untuk mengambil papan yang berada di dalamnya. Terlihat papan itu telah dipenuhi oleh madu yang dihasilkan para lebah madu.

Cairan berwarna kuning keemasan itu nampak sangat mengundang untuk dicicipi. Apalagi, sinar matahari nampak membuatnya tambah berkilauan.

Dengan sebilah pisau, madu itu akan dipindahkan ke dalam wadah yang telah disiapkan para petani.

Saat itu pula, para lebah akan bertebaran keluar dari kotak, dan mengerumuni. Dengungan sayap saat melintas akan terdengar jelas.

Namun, tak perlu takut, wisata ini aman untuk dilakukan. Bahkan, bila para lebah menempel di badan, itu hal yang wajar karena madu sedang kita bawa.

Setelahnya, Tribunnews.com berkesempatan mencoba madu secara langsung usai dipanen. Tak disangka, manis yang dihasilkan madu itu terasa sangat berbeda dengan madu yang dijual di pasaran. 

Madu ini terasa sangat manis dengan aroma seperti bunga yang melekat.

panen madu desa sumber urip
Hasil panen madu oleh para petani lebah madu di Desa Sumber Urip

Dedi Susanto (42), salah satu petani lebah madu, mengatakan rasa madu sendiri sangat tergantung pada jenis pepohonan atau bunga yang berada disekitar sarang. 

Bila didominasi kaliandra, madu akan berwarna lebih kuning. Sementara bila lebah banyak mengambil nektar dari bunga kopi, maka madu akan berwarna lebih hitam dan terasa agak pahit. 

Range atau jarak lebah madu ini mencari makan sendiri berkisar antara 20 hingga 500 meter.

Ia juga menjelaskan jika musim sangat berpengaruh terhadap panen madu. Kemarau akan lebih bagus daripada musim hujan, karena para lebah tak akan bisa terbang mencari nektar di musim hujan.

"Kalau musim hujan, (lebah) dikasih makan sendiri. Dikasih air tebu yang ditumbuk, nanti ditaruh dibawah kotaknya, kalau musim hujan atau banyak angin," ujar Dedi, di lokasi, Kamis (11/10/2018). 

BUMDes sebagai Pemberdayaan Masyarakat Desa Sumber Urip

Madu dan cabe merupakan produk unggulan Desa Sumber Urip yang tercipta akibat pemberdayaan masyarakatnya melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

BUMDes sendiri dikelola oleh Dana Desa yang dikucurkan langsung oleh pemerintah pusat ke desa.

Dedi mengatakan BUMDes sangat memberdayakan masyarakat, terutama karena adanya pelatihan memelihara lebah madu pada tahun 2016 silam. 

Kini, para petani memiliki komoditas baru yakni madu berkat hal tersebut. Keuntungan lain, menurut Dedi, para lebah mencari makanannya sendiri.

Berbeda bila mereka beternak kambing atau hewan ternak lainnya yang harus dicarikan makanan. 

"Bermanfaat. Kita nggak tahu (tentang lebah) terus jadi tahu. Terus kita ternak dan sekarang jadi bahan komoditas," ujar petani berkacamata ini. 

Selain itu, terjadi peningkatan pendapatan usai mereka dibina untuk menjadi petani lebah madu. Biasanya, madu dapat dipanen sebulan sekali. 

Biasanya dalam sebulan, dalam satu kotak kayu sarang lebah, bisa dihasilkan empat sampai lima botol madu berukuran 220 ml. Per botol sendiri dihargai Rp 70.000.

"Pendapatan sangat terbantu, saya punya 6 kotak. Sehingga penghasilan per bulan saya bisa mencapai Rp 1.680.000. Nantinya, madu ini dibeli orang desa sendiri atau dijual disebar sampai ke Kota Bengkulu. Bisa untuk obat juga," imbuh Dedi. 

Di sisi lain, Desa Sumber Urip juga terkenal dengan cabe merah keriting dan cabe hijaunya. 

Sekretaris Desa Sumber Urip, Hartono (43), menilai produk yang seminggu sekali bisa panen ini, juga sangat terbantu oleh BUMDes karena BUMDes membantu membeli hasil panen cabe petani dan kemudian dijual ke berbagai daerah seperti Palembang, Padang, Jambi dan Kota Bengkulu sendiri. Bahkan jika harga cabe sedang tinggi, ia menyebut bisa merubah nasib para petani disini 180 derajat. 

"Bisa merubah nasib masyarakat 180 derajat, karena dulu harga pernah mencapai 60 ribu per kg. Rata-rata dipasaran sendiri sekitar Rp 20-25 ribu per kg," ujar Hartono, di ladang cabe, Kamis (11/10/2018). 

Cabe ini sendiri menjadi produk keunggulan karena tampilannya yang menarik, menawarkan rasa yang lebih pedas, serta menggunakan pupuk organik.

Bahkan Kabupaten Rejang Lebong di-supply oleh desa Sumber Urip untuk cabe. Begitu pula sayuran lain yang memang banyak ditanam di Desa Sumber Urip, seperti kembang kol, sawi, brokoli, tomat, hingga daun bawang.

Selain itu, cabe Desa Sumber Urip ini tahan lama untuk dikirim jarak jauh seperti ke Palembang hingga Jakarta. Adapun biasanya cabe merah banyak dikirim ke Padang dan Pekanbaru, sementara cabe hijau dikirim ke Jambi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas