Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Transformasi Digital dan Evolusi Dipercepat

Karena itulah, selama 4 tahun ini, Menpar Arief Yahya tidak melakukan revolusi besar-besaran di Kemenpar.

Editor: Content Writer
zoom-in Transformasi Digital dan Evolusi Dipercepat
Kemenpar
Karena itulah, selama 4 tahun ini, Menpar Arief Yahya tidak melakukan revolusi besar-besaran di Kemenpar. 

Setiap perubahan, selalu menyisakan pro dan kontra. Jangan ragu akan perubahan. Kita mungkin kehilangan sesuatu yang baik, namun kita akan peroleh sesuatu yang lebih baik lagi.

Karena itulah, selama 4 tahun ini, Menpar Arief Yahya tidak melakukan revolusi besar-besaran di Kemenpar. “Saya memilih evolusi dipercepat, dalam bertransformasi menuju Digital Tourism 4.0,” kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.

Orang nomor satu di Kemenpar itu menyebut proses transformasi birokrasi menuju ke professional itu ada konsep 3B.

To build, to borrow dan to buy. Semua punya plus minus, semua memiliki dampak pro dan kontra. To Build itu membangun dari nol, mendidik dari yang ada, menuju ke professional. Risikonya, membutuhkan waktu panjang, kesabaran tinggi, dan 5 tahun tidak cukup.

To Buy, atau mengganti semua pejabat dengan orang baru, yang lebih fresh, lebih akomodatif dengan perubahan. Ini yang disebut revolusi dan akan membawa kontraksi yang besar di pegawai. Ini juga bukan pilihan Menpar Arief Yahya dalam bertransformasi, untuk melambungkan pariwisata Indonesia.

Mantan Dirut PT Telkom ini memilih To Borrow, atau menggunakan shadow management. Meminta tenaga professional yang ahli di bidangnya, punya reputasi, untuk mendampingi pegawainya dalam bertransformasi.

“Ini cara yang paling smooth, tidak gaduh, tidak menimbulkan kontraksi yang berlebihan, tetap bisa bekerja dengan sentuhan korporasi dan menuju professional,” ungkap Menpar Arief sejak tahun 2015.

Berita Rekomendasi

Apakah perubahan yang dilakukan di lingkungan Kemenpar itu tidak menyisakan “residu”? Pasti ada, dan pasti terjadi. Bahkan dalam menyongsong era digital pun, tetap ada 30% yang belum juga beranjak, belum move on. Sementara customers atau travelers sudah 70% go digital. “Jadi memang yang masih ada 30% yang konvensional dan lebih nyaman dengan cara orang lama.”

Roadmap menuju Go Digital di Kemenpar, bukan terjadi kemarin, minggu ini atau tahun ini. Tetapi sudah diawali sejak 2015, lalu diperkuat di Rakornas Go Digital Be The Best, September 2016. Maka kalau muncul kritik belakangan ini, sebenarnya juga sudah tidak aktual lagi. Bisa juga, karena imbas “musim politik” yang sedang nge-hits belakangan ini.

Presiden Jokowi juga selalu menyampaikan tantangan ke depan, untuk memenangkan persaingan di level dunia, harus lebih cepat (speed). Kecepatan menjadi kunci. Yang cepat akan mengalahkan yang lambat, bukan yang kecil mengalahkan yang besar.

Lalu solid, dari atas sampai ke bawah, harus punya tone yang sama. Inline dengan semacam “corporate culture” yang sudah dibangun Menpar Arief Yahya di lingkungan Kemenpar dengan 3S, Solid, Speed, Smart.
Budaya kerja itu selanjutnya diimplementasikan oleh Menpar Arief Yahya dengan istilah: WinWay. Bisa diterjemahkan sebagai Wonderful Indonesia Way, atau The Way to Win!

“Budaya kerja untuk memenangkan persaingan global. Maka seluruh unsur pariwisata dikelola dengan spirit WinWay,” ungkap pria yang lahir di Banyuwangi Jawa Timur ini.

Cara Smart yang dimaksud Menpar Arief Yahya itu, seperti apa? Singkat cerita adalah Go Digital. Lantas muncul magic words 3 kalimat yang selalu dipopularkan di setiap momen sejak 2015. T

he more digital, the more personal. The more digital the more global. The more digital the more professional. Implementasinya di dalam seluruh aktivitas Kemenpar, menuju ke Digital Tourism 4.0 yang dijadikan tema besar Rakornas I Tahun 2019. “Transforming Tourism Human Resources, Winning The Global Competition in 4.0 Era.”

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas