Menuju Pertanian 4.0, Kementan Gencar Modernisasikan Alsintan di Daerah
Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggenjot produktivitas pertanian melalui industri revolusi 4.0 di berbagai daerah. Seperti yang terlihat dala
Editor: Content Writer
“Intinya, pertanian modern harus dapat menaikan pendapatan petani, menekan biaya produksi, juga meningkatkan kesejahteraan petani,” kata Amran.
Catatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, pemerintah telah memberikan bantuan alsintan sekitar 720 ribu unit dengan berbagai jenis.
Jumlah itu diperkirakan naik hampir 500% sebelumnya. Alsintan tersebut berupa rice transplanter, combine harvester, dryer, power thresher, corn sheller dan rice milling unit, traktor dan pompa air.
Pada tahun 2015 bantuan alsintan sebanyak 54.083 unit, tahun 2016 sebanyak naik menjadi 148.832 unit. Sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit. Tahun 2019, Kementan akan mengalokasikan alsintan sebanyak 50 ribu unit.
Alsintan tersebut berupa Traktor Roda dua (20 ribu unit), Traktor Roda empat (3 ribu unit), Pompa Air (20 ribu unit), Rice Transplanter (2 ribu unit), Cultivator (4.970 unit) dan Excavator (30 unit).
“Bantuan alsintan itu merupakan terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Kita ingin dengan alsintan mengubah mindset petani dari bertani secara tradisional ke modern. Kita juga ingin usaha tani menjadi lebih efisien,” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Sarwo Edhy.
Sarwo mencontohkan, jika pengolahan lahan menggunakan tenaga manusia (cangkul), maka dalam 1 ha sawah diperlukan 30-40 orang, lama pengerjaannya 240-400 jam/ha. Sedangkan biayanya mencapai Rp 2-2,5 juta/ha. Sementara dengan alsintan (traktor tangan), hanya diperlukan tenaga kerja 2 orang, jumlah jam kerja hanya 16 jam/ha dan biayanya Rp 900 ribu-1,2 juta/ha.
"Begitu juga saat panen, jika menggunakan alsintan hanya perlu 3 jam sudah selesai, sedangkan kalau menggunakan tenaga manusia perlu waktu 1 minggu," kata Sarwo Edhy.
Keuntungan lainnya, lanjut Sarwo adalah saat tanam bisa serentak, karena pengolahan lahan bisa cepat, sehingga petani bisa tanam 3 kali setahun. Kalkulasi pemerintah dengan mekanisasi dapat menghemat biaya produksi hingga 30?n menurunkan susut panen 10%.
"Mekanisasi juga menghemat biaya olah tanah, biaya tanam dan panen dari pola manual Rp 7,3 juta/ha menjadi Rp 5,1 juta/ha," lanjutnya.
Untuk optimalisasi alsintan, pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan penyuluh terus memobilisasi penggunaan alsintan agar bisa digunakan secara optimal oleh petani. Mobilisasi alsintan ke depan akan mendorong dan mendukung perubahan pola tanam dan produksi petani.
Guna memudahkan pengelolaan alsintan oleh petani, Kementerian Pertanian melalui Ditjen PSP menggencarkan program pengembangan Pertanian Korporasi Berbasis Mekanisasi (PKBM).
Program PKBM ini meliputi pembuatan gudang alsintan, legalisasi struktur organisasi, pelatihan manajemen dan aplikasi UPJA Smart Mobile, dan penetapan petugas pendamping lapangan.
Kegiatan ini sudah ada percontohannya di lima lokasi. Yakni, Kabupaten Tuban (Jawa Timur), Sukoharjo (Jawa Tengah), Konawe Selatan (Sulawesi Tenggara), Barito Kuala (Kalimantan Selatan) dan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.