Identitas Papua Ditampilkan dalam Festival Teluk Humboldt 2019
Identitas Papua ini diangkat dalam Festival Teluk Humboldt 2019, 5 Agustus 2019. Festival ini sudah menjadi atraksi penting di Jayapura.
Editor: Content Writer
Papua dikenal sangat kaya akan budaya dan alam. Juga sangat identik. Identitas Papua ini diangkat dalam Festival Teluk Humboldt 2019, 5 Agustus 2019. Festival yang berlangsung di Jayapura ini, sudah memasuki tahun pelaksanaan ke-11.
Festival Teluk Humboldt 2019 adalah ajang ajang pentas seni. Namun, event ini juga menjadi kegiatan pelestarian seni budaya daerah. Yang terpenting mempererat hubungan antar etnis, suku, agama, dan mempererat NKRI.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani, Festival Teluk Humboldt sudah menjadi atraksi penting di Papua, khususnya Jayapura.
“Di Kementerian Pariwisata, promosi destinasi pariwisata yang kita lalu selalu menekankan konsep 3A (Atraksi, Aksesibilitas, dan Amenitas). Dan Festival Teluk Humboldt adalah bagian dari atraksi. Atraksi yang melengkapi destinasi Papua, khususnya Jayapura. Dan ini merupakan daya tarik produk pariwisata yang dapat kita jual ke mancanegara,” papar Rizki, diamini Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Hanya saja, untuk menyajikan sebuah atraksi berkualitas tentu tidak bisa sembarangan. Ada rumus yang selalu dipakai Kemenpar, yaitu Konsep 3C (Cultural and creative Value, Commercial/Commitment CEO Value, Communication Value).
“Cultural and creative Value memiliki dampak pada pelestarian budaya. Diharapkan setiap tahun muncul kreativitas baru. Karena ini kan memperkaya penyelenggaraan event di tahun mendatang. Sedangkan Commitment CEO/Commercial Value adalah komitmen Kepala Daerah. Komitmen terhadap eksistensi penyelenggaraan event. Karena ini dapat membawa dampak ekonomi bagi masyarakat. Sebab, event yang bagus akan banyak dkunjungi wisatawan,” paparnya.
Sementara untuk Communication Value, setiap event yang diselenggarakan harus berdampak langsung pada meningkatnya image daerah.
Dijelaskannya, untuk memiliki 3C yang kuat, dibutuhkan perpaduan antara unsur Pentahelix (ABCGM). Akademisi, Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media harus menjadi satu kesatuan di setiap penyelenggaraan event.
“Ada satu hal yang perlu diperhatikan. Kunci keberhasilan event tidak terlepas dari strategi promosi, baik di media offline maupun di media online,” ujar wanita yang akrab disapa Kiki itu.
Menurutnya, promosi harus dilakukan sebelum event (Pre-event). Karena, akan menjadi informasi yang baik bagi kehadiran para wisatawan. Adapun promosi pada saat berlangsungnya event (On-Event) merupakan informasi terselenggaranya acara. Dan promosi setelah event (Post-Event) merupakan informasi penyelenggaraan event tahun mendatang.
“Kementerian Pariwisata sangat menyambut baik event ini. Kita telah memberikan perhatian penuh dengan memberikan dukungan berupa bahan promosi publikasi offline sehingga penyelenggaraan Festival Teluk Humboldt yang ke-11 tahun 2019 dapat dikenal di dalam dan luar negeri,” ujar Rizki.
Dukungan juga disampaikan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Menurutnya, pelestarian terhadap budaya daerah harus mendapat dukungan.
“Karena, budaya daerah adalah akar dari budaya nasional. Semakin terjaga budaya daerah, semakin terjaga juga budaya nasional. Festival Teluk Humboldt kita dukung karena menjadi ajang menjaga menjaga budaya lokal Papua,” paparnya.(*)