Kementan Kawal Ekspor Sarang Burung Walet Jawa Tengah
Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil mengajak para pelaku usaha sarang burung walet (SBW) di Jawa Tengah untuk meningkatkan kualitas produksiny
Editor: Content Writer
Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil mengajak para pelaku usaha sarang burung walet (SBW) di Jawa Tengah untuk meningkatkan kualitas produksinya agar dapat mengambil peluang ekspor komoditas ini yang cukup besar.
"Kita tahu potensi sarang burung walet kita sangat luar biasa. Apalagi negara kita merupakan habitat utama yang paling cocok dengan perkembangbiakan walet. Indonesia adalah pemasok terbesar pasar global, bahkan sampai 78 persen," ujar Ali Jamil saat melepas ekspor SBW asal Jawa Tengah sebanyak 181 kg tujuan Tiongkok di Kantor Karantina Pertanian Semarang, Rabu (21/8).
Jamil juga menambahkan bahwa ekspor sarang burung walet Indonesia tahun 2018 bisa mencapai Rp 40 triliun. Ini potensi besar dan telah terbukti menghasilkan devisa. Dan tata niaganya akan terus dikawal agar dapat terus bertumbuh dan memenuhi peluang pasar ekspor yang ada.
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo yang turut hadir dan melepas ekspor, dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada Kementan yang telah memberikan layanan khusus pada komoditas pertanian asal wilayah kerjanya untuk dapat diekspor ke mancanegara.
Ganjar juga mengapresiasi para eksportir yang sudah melakukan upaya agar komoditas pertanian Jateng bisa tembus pasar Internasional.
Pada saat membuka dialog kepada para eksportir yang hadir khususnya tentang hambatan yang dialami. Joko eksportir walet ke Tiongkok, mengeluhkan tidak adanya penerbangan langsung dari Semarang ke Tiongkok.
Ganjar mengajak Joko dan eksportir walet serta komoditas lainnya tujuan Cina untuk berkoordinasi dan mendata potensi yang ada. Jika cukup banyak, ia akan melobi pihak maskapai untuk membuka penerbangan langsung dari Semarang ke Tiongkok.
Tidak hanya melepas SBW, Kepala Barantan dan Gubernur Jateng juga melepas perdana ekspor produk samping tepung gandum berupa biskuit sebanyak 300 ton ke Bangladesh. Negara tujuan ekspor ini mempersyaratkan adanya jaminan kesehatan dan keamanan dari otoritas Karantina pertanian Indonesia.
Sementara, produk pertanian lain yang juga diekspor pada saat yang sama adalah daun cincau kering (jelly grass) sebanyak 28 ton tujuan Malaysia, gula merah 35 ton tujuan Srilangka, ijuk (brooms grass) sebanyak 18 ton tujuan Tiongkok, margarine sebanyak 23 kg tujuan Banglades.