DJKA Kemenhub Bangun Jalur KA Bandara YIA, Jalur Ganda Pertama dengan Konstruksi Slab on Pile
DJKA mulai membangun jalur ganda KA Bandara YIA pada Desember 2019 dan kini telah memasuki tahap akhir pembangunan.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) telah memasuki tahap akhir pembangunan KA Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) yang dibangun mulai dari Stasiun Kedundang ke Bandara YIA.
“Pembangunan fisik jalur KA Bandara YIA secara umum telah selesai dikerjakan, tinggal beberapa pekerjaan minor misalnya pengecatan bangunan stasiun, pemenuhan fasilitas penumpang, ruang Kepala Stasiun, dan juga ticketing gate yang dilakukan secara simultan," demikian disampaikan Direktur Jenderal Perkeretaapian, Zulfikri, di Jakarta (Selasa, 10/8/2021).
DJKA mulai membangun jalur ganda KA Bandara YIA pada Desember 2019, yang terdiri dari 2 segmen, yaitu segmen peningkatan jalur eksisting di wilayah Stasiun Kedundang sepanjang 1 Km dan penambahan jalur baru ke arah Stasiun Bandara YIA sepanjang 5,4 Km.
Selain itu proyek ini mencakup tiga pengerjaan utama, yaitu konstruksi jalur sepanjang 5,1 km yang merupakan elevated/layang, termasuk di dalamnya 16 unit konstruksi jembatan dan 300 m merupakan at grade, pembangunan stasiun Kedundang dan emplasemen Stasiun Bandara YIA, lalu fasilitas operasi seperti persinyalan dan telekomunikasi. Khusus untuk bangunan Stasiun Bandara dan overcapping-nya dikerjakan oleh PT. Angkasa Pura I.
“Perlu saya sampaikan bahwa penerapan konstruksi Slab on Pile (SOP) ini merupakan yang pertama untuk jalur ganda KA dengan panjang 5,1 km. Sebelumnya kita telah menerapkan metode ini di KA Bandara Adi Soemarmo Solo yang sudah beroperasi untuk jalur tunggal," tegas Zulfikri.
Lebih jauh, Dirjen Zulfikri mengatakan bahwa konstruksi SOP merupakan sistem fondasi yang ditumpu oleh sistem kelompok tiang pancang dan diikat oleh pile cap (capping beam) yang digunakan untuk menahan dan meneruskan beban dari struktur atas ke dalam tanah yang mempunyai daya dukung (nilai spt) untuk menahannya. Jadi, sistem fondasi tidak menggunakan tanah urugan, pengerasan atau beton, tapi dengan beberapa tiang pancang.
Pemilihan konstruksi SOP ini dengan mempertimbangkan kondisi trase, misalnya tanah berair dan sering banjir saat musim hujan atau pada rawa-rawa.
“Melihat kondisi trase ke arah bandara yang sebagian tanahnya berupa sawah yang cenderung tergenang air, maka penerepan SOP ini menjadi pilihan tepat karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain waktu konstruksi yang lebih cepat, mudah dikerjakan, mutu konstruksi lebih terjamin karena precast pabrikan, pembebasan tanah yang tidak terlalu lebar, dan tidak menggangu saluran drainase atau irigasi," lanjutnya.
Selain itu konstruksi SOP ini sudah banyak diterapkan dalam pembangunan jalan layang, termasuk jalan tol. Teknik ini lebih murah, dengan jaminan kualitas struktur dan biaya perawatan yang lebih sedikit. "Jalur layang ini juga menghilangkan perlintasan sebidang, yang berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas," jelas Zulfikri.
Dirjen Zulfikri juga mengatakan bahwa Proyek Kereta Api Bandara ini adalah salah satu Proyek Strategis Nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden Jokowi dengan total anggaran mencapai Rp1,1 Triliun yang bersumber dari APBN.
“Anggaran besar ini masuk di dalam DIPA Direktorat Jenderal Perkeretaapian mulai tahun 2019, secara multiyears atau tahun jamak. Ini salah satu bukti dukungan Pemerintah dalam rangka membangun perkeretapian nasional agar lebih baik lagi", pungkasnya (*)