Terima Ketua Parlemen Rusia, Ketua MPR RI Bamsoet Serukan Penyelesaian Damai Konflik Rusia-Ukraina
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengapresiasi sikap Rusia yang siap membuka dialog perundingan dengan Ukraina.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengapresiasi sikap Rusia yang siap membuka dialog perundingan dengan Ukraina.
Sesuai prinsip luar negeri Bebas dan Aktif, Indonesia tidak pernah memihak pihak yang bertikai, melainkan selalu berpihak kepada terwujudnya perdamaian dunia.
Begitupun dalam menyikapi konflik militer Rusia - Ukraina, Indonesia selalu menyerukan kepada kedua negara sahabat tersebut tentang pentingnya mengedepankan dialog berkeadilan, sehingga konflik segera bisa dihentikan secepat mungkin.
Bukan hanya demi kebaikan warga Rusia dan Ukraina, melainkan juga demi kebaikan seluruh warga dunia.
"Sebagaimana disampaikan Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia H.E. Mrs. Valentina Matvienko, posisi Indonesia bagi Rusia sangat penting. Indonesia dinilai sebagai mitra kunci bagi Rusia di kawasan Asia Pasifik. Rusia juga menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Sebagai sahabat, Indonesia berharap agar konflik militer Rusia - Ukraina bisa segera berakhir, dan dunia bisa kembali pulih," ujar Bamsoet usai menerima Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia H.E. Mrs. Valentina Matvienko, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, di Komplek MPR RI, Jakarta, Kamis (6/10/2022).
Turut hadir para pimpinan MPR RI, antara lain Ahmad Basarah, Ahmad Muzani, dan Fadel Muhammad. Hadir pula Wakil Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia H.E. Mr. Konstantin Kosachev, Wakil Ketua Duma Negara Majelis Federal Federasi Rusia H.E. Mr. Petr Tolstoy, Senator Mrs. Lilia Gumerova, dan Senator Mr. Vladimir Dzhabarov.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, kedekatan Indonesia dengan Rusia terjalin sejak tahun 1956.
Keberadaan Gedung Nusantara di Komplek MPR/DPR/DPD RI, dibangun atas gagasan Presiden Soekarno untuk menyelenggarakan CONEFO (Conference of the New Emerging Forces), dimana Rusia yang saat itu masih menjadi Uni Soviet, termasuk yang mendukung gagasan Presiden Soekarno dalam New Emerging Forces.
"Keberadaan komplek Stadion Gelora Bung Karno (GBK) juga tidak lepas dari peran Presiden Uni Soviet Nikita Khrushchev yang mengirimkan para insinyur dan teknisi dari Uni Soviet untuk membantu merancang dan membangun Stadion GBK. Tidak heran jika di Rusia juga terdapat stadion yang menyerupai GBK, yakni Stadion Stadion Luzhniki yang terletak di Luzhniki, Moskwa. Karena itu, sebagai sahabat baik, Indonesia selalu berharap Rusia bisa segera menyelesaikan konflik militer dengan Ukraina secepat mungkin. Sehingga kita bisa bersama-sama membantu pemulihan dunia yang masih menghadapi resesi pasca pandemi Covid-19," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, Rusia juga menawarkan kepada Indonesia untuk membeli minyak mentah dari mereka dengan harga yang jauh lebih murah dibanding harga pasar.
Sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo, Indonesia selalu memantau berbagai opsi yang ada.
"Bagi Indonesia, Rusia merupakan pasar potensial sekaligus mitra dagang utama. Indonesia dan Rusia telah menargetkan agar nilai perdagangan kedua negara bisa mencapai USD 5 miliar dengan peningkatan Status Kemitraan Strategis. Beberapa komoditas Indonesia yang potensial untuk diekspor ke Rusia antara lain kopi, teh, rempah rempah, dan buah-buahan tropis. Komoditas minyak sawit (CPO) mendominasi struktur ekspor Indonesia ke Rusia sebesar 33 persen dalam 5 tahun terakhir. Market share kelapa sawit Indonesia di Rusia mencapai 93 persen dari total impor sawit Rusia pada tahun 2020 atau 863 ribu ton dengan nilai USD 656 juta," pungkas Bamsoet. (*)