Kemenparekraf Apresiasi MPG yang Berpotensi Tingkatkan Ekonomi Masyarakat dan Jaga Tradisi Budaya
Kemenparekraf apresiasi MPG yang berpotensi tingkatkan ekonomi masyarakat dan jaga tradisi budaya Kalimantan Selatan.
Penulis: Fransisca Andeska
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, PARINGIN - Komitmen masyarakat adat Dayak Desa Liyu dan Desa Gunung Riut, Kecamatan Halong, Paringin, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mendapat apresiasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia (RI).
Inspektur II Kemenparekraf RI Kamal Rimosan menyatakan keseriusan dan komitmen masyarakat Desa Liyu dan Desa Gunung Riut telah terbukti dalam menjaga adat tradisi yang digelar rutin setiap tahunnya.
Hal Itu diungkapkan Kamal Rimosan dihadapan sejumlah tamu undangan, diantaranya perwakilan Staf Ahli Gubernur Kalsel Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Sulkan Bupati Balangan Abdul Hadi dan perwakilan pimpinan PT Adaro Indonesia, Jumat (21/7/2023).
Sesaat sebelum membuka secara resmi event Budaya, bertajuk "Mesiwah Pare Gumboh" dalam bahasa suku Dayak di pedalaman atau yang berarti syukuran atas hasil panen pertanian dan perkebunan masyarakat setempat.
Menurut Kamal, konsistensi masyarakat setempat dalam menjaga adat sebagai warisan kekayaan budaya dalam bentuk pesta panen hingga menjadi pertunjukkan tradisi budaya memiliki potensi untuk dikembangkan dan berpengaruh pada solidaritas sosial masyarakat dan peningkatan ekonomi.
Baca juga: Kemenparekraf Dorong Sinergitas Unsur Pentahelix dalam Pembangunan Sektor Pariwisata
Selanjutnya, Kamal juga berkesempatan untuk mengumumkan bahwa tahun 2023 akan menjadi penyelenggaraan kelima Mesiwah Pare Gumboh (MPG) dan berhasil masuk ke dalam 110 Kharisma Event Nusantara 2023.
"Kegiatan syukuran atas panen itu juga didasari pada semangat gotong royong. Tema dalam aktivitas itu memiliki makna berat sama dipikul dan ringan sama dengan dijinjing," ujar Kamal.
Sebagai informasi, sudah memasuki tahun kelima, aruh atau pesta panen bersama menjadi tradisi masyarakat di Desa Liyu dan Desa Gunung Riut, yang dikemas dan digelar dalam bentuk event pertunjukkan kebudayaan. Sampai saat ini, event ini telah menjadi salah satu destinasi wisata kebudayaan di Kalsel.
Event ini telah akrab disebut dengan Mesiwah Pare Gumboh (MPG). Sebuah rangkaian kegiatan masyarakat yang dihadirkan dalam bentuk ritual adat dan keagamaan, dan digelar selama tiga hari.
Seperti gelaran MPG sebelumnya, MPG-5 kali ini.juga kembali mempertunjukkan beberapa tradisi ritual adat yang merupakan kegiatan wajib dilaksanakan dalam rangkaian syukuran atau Mesiwah Pare Gumboh.
Adapun diantaranya, yakni ritual nyerah ngemonta, ritual ngemonta, ritual tombai, ritual Nengkuat Mulung, ritual Besoyong dan mengudang Balian, karungan dan tawas jaa.
Kepala Desa Liyu Sukri menjelaskan, siklus aktivitas pertanian warga desa Dayak Deah mulai dari mengolah lahan, pembersihan lahan dan menanam, serta memanen hasil pertanian yang dilanjutkan dengan memanjatkan rasa syukur secara bersama-sama.
Menurut Sukri, aktivitas tersebut tergambar dalam event pertunjukkan budaya MPG. Dengan demikian, melalui MPG ini pihaknya dapat mengenalkan adat tradisi masyarakat suku Dayak Deah, Desa Liyu dan Desa Gunung Riut.
"Atas dukungan masyarakat dan pihak yang berperan, kami merasa mimpi kami untuk memperkenalkan MPG ini telah menjadi nyata," ujar Sukri.
Baca juga: Kemenparekraf: Peningkatan Aktivitas Pariwisata Harus Selaras dengan Pengembangan SDM