Tiga Warisan Budaya Indonesia Masuk Daftar UNESCO, Fadli Zon: Pondasi Identitas Bangsa
iga Warisan Budaya Takbenda Indonesia berhasil masuk dalam daftar Intangible Cultural Heritage UNESCO yakni Reog Ponorogo, Kolintang dan Kebaya.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga Warisan Budaya Takbenda Indonesia berhasil masuk dalam daftar Intangible Cultural Heritage UNESCO yakni Reog Ponorogo, Kolintang dan Kebaya.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan warisan budaya ini mampu menjadi inspirasi untuk masa depan.
“Kita rayakan tradisi yang menyatukan kita sebagai bangsa, kekayaan dan keragaman warisan budaya Indonesia yang menjembatani generasi, menghubungkan tradisi, dan menginspirasi masa depan,” kata Fadli Zon melalui keterangan tertulis, Minggu (22/12/2024).
Hal tersebut diungkapkan oleh Fadli Zon pada kegiatan "Rayakan Budaya Indonesia" (RAYA).
Kebaya masuk dalam daftar representatif Warisan Budaya Takbenda UNESCO bersama dua warisan budaya Indonesia lainnya yaitu pertunjukan Reog Ponorogo dan Kolintang.
Untuk Kolintang, pengajuan nominasi ke UNESCO dilakukan Indonesia bersama Mali, Burkina Faso, dan Pantai Gading.
"Ini memiliki makna khusus karena kita menandai tonggak pencapaian budaya Indonesia. Awal bulan ini, UNESCO telah memasukkan tiga unsur budaya Indonesia ke dalam daftar warisan budaya takbenda,” kata Fadli Zon.
Selain itu, kegiatan ini juga menyoroti warisan budaya yang telah diakui sebelumnya oleh UNESCO, yaitu Noken (2012).
Pada kegiatan yang dilaksanakan di Anjungan Sarinah, fashion show kebaya menjadi salah satu sorotan utama, menampilkan kebaya sebagai simbol kekuatan dan keanggunan perempuan di Asia Tenggara.
Festival Noken juga memberikan pesan penting tentang keberlanjutan dan kesadaran ekologis.
Kedua acara pada pembukaan RAYA: Rayakan Budaya Indonesia mendapat antusiasme luar biasa dari pengunjung.
“Noken, yang saat ini berada dalam Daftar Pelindungan Mendesak UNESCO, menghadapi berbagai tantangan, seperti ancaman hilangnya tradisi pembuatan dan penggunaan bahan sintetis. Melalui Festival Noken Tanah Papua, kita berupaya menjadikan Noken simbol budaya yang adaptif dan berkelanjutan,” tambah Menteri Kebudayaan.
Rangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan selama tiga, dari 20 hingga 22 Desember, diantaranya Perayaan Intangible Cultural Heritage 2024 dengan rangkain kegiatan Fashion Show Kebaya, Pawai Kebaya Rekor Muri, Pawai Reog Ponorogo, Pertunjukan Kolintang, Pameran ICH 2024.
Baca juga: UNESCO Setujui Reog Ponorogo Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda Dunia
Kegiatan lain yaitu peluncuran senam kebudayaan, dan festival noken Papua yang berlangsung di Sarinah Thamrin. Dan puncaknya pawai reog Ponorogo dan kebaya pada Minggu, 22 Desember saat Car Free Day.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.