Pemerintah Harus Memastikan Setiap Anak Lahir Sehat dan Bebas Stunting
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, MPd, melakukan kunjungan kerja pertama ke Kampung KB Pasar Keong.
Editor: Content Writer
Dalam kunjungan dinas sehari itu, Menteri melakukan peletakan batu pertama pada lokasi bedah rumah yang diperuntukkan bagi Keluarga Risiko Stunting (KRS).
"Alhamdulillah, terima kasih Pak Bupati (Pj. Bupati Lebak, Gunawan Rusminto) yang telah memberikan bantuan bedah rumah, di mana kita pastikan airnya, dapurnya, MCK nya, WC nya sebagai salah satu penyebab stunting," ujar Menteri.
Salah satu penerima bantuan, Uni Sapitri (29), mengungkapkan harapannya. “Bantuan ini sangat berarti bagi kami. Saya terharu dan merasa bersyukur atas perhatian pemerintah kabupaten. Semoga perbaikan rumah dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga kami, dan anak-anak kami bisa tumbuh dengan baik,” tuturnya.
Berdasarkan Pendataan Keluarga, KRS di Lebak mencapai 48.430. Keluarga berisiko stunting didefinisikan sebagai keluarga yang memiliki satu atau lebih faktor risiko stunting. Mereka yang memiliki risiko stunting dalam keluarga adalah anak remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil. Termasuk juga anak usia 0 hingga 23 bulan yang berasal dari keluarga miskin.
Adapun faktor risiko stunting pada keluarga antara lain disebabkan pendidikan orang tua rendah, sanitasi lingkungan buruk, dan ketersediaan air minum yang tidak layak dalam keluarga
Kegiatan ini sekaligus bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan tempat tinggal, seperti perbaikan sanitasi, kesehatan, dan kelayakan tempat tinggal. Kesemuanya itu berperan penting dalam mengurangi risiko stunting pada anak.
Baca juga: BKKBN Harap Program PASTI untuk Turunkan Angka Stunting Diperluas ke Provinsi Lain
Selama kunjungan, Menteri juga mengunjungi keluarga risiko stunting, terutama ibu yang memiliki baduta, untuk memberikan edukasi tentang pentingnya asupan gizi serta pengasuhan yang baik.
Berbagai kegiatan seperti Bina Keluarga Balita (BKB), posyandu, dan layanan Keluarga Berencana (KB) ditinjau secara langsung oleh Menteri untuk menilai efektivitasnya.
Dalam kegiatan ini, disediakan layanan kontrasepsi jangka panjang seperti implan dan IUD untuk 50 akseptor, serta penyuluhan kesehatan reproduksi bagi remaja dan calon pengantin.
Selain itu, program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) juga didorong untuk ditingkatkan, dengan mengedukasi keluarga tentang pentingnya gizi yang seimbang melalui edukasi Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).
Program ini bertujuan memberikan pemahaman mendalam kepada ibu hamil dan keluarga baduta agar mereka mampu menerapkan pola makan yang sehat demi pencegahan stunting.
Menteri juga memberikan apresiasi kepada beberapa mitra. Penghargaan ini mencakup mitra kerja dari kalangan perusahaan yang turut mendukung program-program penurunan stunting. Ada PT. Charoen Pokphand Foundation Indonesia (CPFI) atas partisipasi aktif dalam PPS di Kabupaten Lebak.
Pemberian apresiasi diberikan juga kepada RS. Ibunda Serang sebagai fasyankes yang berkomitmen dalam percepatan penurunan stunting melalui pelayanan KB Mantap dan KB Pasca Persalinan terintegrasi tingkat Provinsi Banten.
Menteri juga memberikan apresiasi kepada ID Food, mitra kerja yang berkontribusi dalam percepatan penurunan stunting. Apresiasi juga diberikan kepada PT Adis Dimention Footwear melalui intensifikasi Pelayanan KB Perusahaan.