Beri Edukasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda Belajar Pentingnya Cegah Stunting Sedari Dini
Kemenkominfo mengajak generasi muda untuk belajar tentang pentingnya mencegah stunting sejak dini, karena merekalah masa depan Indonesia.
Penulis: Fransisca Andeska
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM – Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Kesehatan Kemenkominfo Marroli J Indarto mengatakan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menargetkan generasi muda sebagai sasaran utama kampanye pencegahan stunting. Hal ini dilakukan karena di masa depan mereka adalah calon orang tua, pendidik, serta pemimpin yang akan menentukan masa depan Indonesia.
“Anda nantinya adalah para calon orang tua, pendidik, dan pemimpin masa depan yang akan membentuk arah negara ini. Penting untuk mengetahui bahaya stunting dan tindakan yang harus diambil untuk mencegah stunting sejak dini agar nantinya generasi mendatang tidak terpuruk karena stunting,” ujar Marroli dalam keterangan persnya, Rabu (13/9/2023).
Hal itu disampaikan oleh Marroli dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Genbest Talk “Ampuh Cegah Stunting, Yuk Konsumsi Protein Hewani”, yang dihadiri para remaja di Kabupaten Toba, Selasa (12/9/2023).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) terhitung sejak janin hingga anak berusia 23 bulan.
Terkait hal ini, menurut Marroli, salah satu langkah sederhana untuk mencegah stunting adalah dengan mengonsumsi makanan bergizi, menjalani diet sehat, mengonsumsi rutin Tablet Tambah Darah (TTD), serta menjaga kebersihan diri.
Maksimal tiga bulan sebelum menikah, lanjut Marroli, calon pengantin juga wajib memeriksakan kondisi kesehatan ke puskesmas ataupun fasilitas kesehatan lain yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan Sertifikat Layak Kawin.
Terkait dengan angka stunting, pemerintah telah menetapkan Sumatera Utara sebagai salah satu dari 12 provinsi prioritas penurunan stunting. Data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukan prevalensi balita stunting di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) adalah 21,1 persen atau turun 4,7 persen dari tahun 2021 yaitu 25,8 persen. Sedangkan untuk Kabupaten Toba berada di angka 24,8 persen.
Baca juga: Kemenkominfo Minta Satpol PP & Linmas Perangi Konten Negatif di Media Sosial Jelang Pemilu 2024
Saat ini prevalensi balita stunting Sumut menempati peringkat ke-19 secara nasional. Meskipun angka prevalensi stunting di Sumut sedikit lebih baik dari angka prevalensi stunting nasional yang berada di angka 21,6 persen, namun capaian ini masih harus diturunkan hingga 14 persen sesuai dengan target Presiden.
Bupati Toba, yang diwakili oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Toba, Sesmon Toberius Butarbutar, dalam sambutannya mengatakan banyak hal yang menjadi penghambat dalam proses penanganan stunting di Kabupaten Toba.
“Yang juga banyak menghambat proses penanganan adalah tidak mau menerima atau penolakan hasil medis dari orang tua (anak) karena ketidaktahuan, malu, acuh, gengsi, atau hal lain,” katanya.
Ia pun menambahkan, untuk menekan angka stunting Kabupaten Toba telah melakukan berbagai upaya mulai dari pemantauan ibu hamil, termasuk memastikan asupan gizi dan vitamin, hingga pemberian makanan tambahan bagi anak.
Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association Rita Ramayulis, yang menjadi narasumber dalam acara tersebut mengatakan konsumsi protein hewani penting dalam mencegah stunting. Menurutnya yang dimaksud mengandung protein adalah seluruh jenis daging, telur, tahu, tempe dan kacang-kacangan.
Menurut Rita, protein hewani mengandung asam amino esensial yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Ia pun menyoroti perbedaan antara protein nabati dan hewani, di mana protein hewani memiliki asam amino yang lebih lengkap. Namun begitu, protein nabati memiliki keunggulan dengan kandungan serat dan fitokimia yang dapat membantu melawan radikal bebas. Oleh karena itu, strategi yang baik adalah mengombinasikan keduanya, dengan tetap mengutamakan protein hewani.
Rita juga mengingatkan remaja putri yang sedang dalam masa pertumbuhan harus mencukupi kebutuhan zat gizi melalui konsumsi protein hewani. “Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, yang dapat mengganggu pertumbuhan sel darah dan meningkatkan risiko stunting,” katanya.
Baca juga: Guna Memutus Mata Rantai Stunting, Kemenkominfo Ajak Pelajar SMA Lakukan Aski Pencegahan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Freddi Seventry Sibarani, yang juga hadir sebagai narasumber menjelaskan bahwa protein hewani untuk mencegah stunting dapat diakses oleh semua orang karena tidak mahal.
“Di Toba protein hewani ini sangat mudah didapat dan cukup murah, tinggal kemauannya saja. Ikan nila, emas, mujair dan lain-lain itu bisa didapat gratis. Datang ke danau Toba mancing, bisa setiap hari,” ujarnya.
Fredi mengatakan masyarakat Toba seharusnya tidak ada yang stunting kalau betul-betul memanfaatkan potensi alam. “Saran dari pak bupati, seluruh masyarakan wajib untuk beternak ayam, kerbau, ataupun sapi yang susunya bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan gizi,” katanya.
Terkait dengan kampanye penurunan angka stunting, Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Genbest (Generasi Bersih dan Sehat). Langkah ini merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.
Genbest Talk yang diadakan di Kabupaten Toba merupakan bagian dari kampanye Genbest. Genbest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.
Baca juga: Kemenkominfo Ajak Remaja Cegah Stunting Melalui Pertunjukan Seni di Bogor