Budidaya Magot dan Keuntungan bagi Lingkungan
Magot berperan sebagai agen perombak organik dalam waktu yang relatif cepat sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Magot merupakan larva dari serangga Hermetia illucens atau lebih dikenal sebagai black soldier fly (BSF).
Sebelum dikenal dengan sebutan magot, larva ini dikenal dengan nama ‘belatung’.
Dalam bahasa Inggris larva ini dikenal dengan istilah ‘maggot’.
Pada dasarnya magot dan belatung memiliki fungsi yang berbeda.
Belatung yang berasal dari lalat rumah berperan sebagai vektor penyakit.
Adapun magot berperan sebagai agen perombak organik dalam waktu yang relatif cepat sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Baca juga: Ajak Milenial Bertani, PMN Berikan Pelatihan Budidaya Tanam di Perkotaan
Untuk mulai budidaya magot, tentunya harus memiliki indukan lalat BSF terlebih dahulu.
Anda bisa membeli telur BSF dengan harga pasaran antara Rp 5.000-8.000 per gram.
Telur BSF ini kemudian ditetaskan pada media hatchery dengan pemberian media pakan yang sifatnya lembut dan mudah ditembus oleh magot kecil, seperti buah-buahan, ampas tahu, atau ampas kelapa.
Adapun formulanya 3 gram telur kurang lebih 5 kg pakan basah per wadah, dikutip dari dinpertanpangan.demakkab.go.id.
Anakan magot akan hidup dalam wadah hatchery selama 5 s/d 7 hari, dihitung setelah telur menetas.
Setelah ukuran mencapai ukuran 3-4cm, maka magot sudah siap untuk dipindah ke dalam reaktor/biopon.
Reaktor, atau biopond, adalah tempat larva maggot akan menghabiskan sampah organik.
Dikutip dari tasikmalayakota.go.id, magot mengandung protein yang cukup tinggi 40–50 persen sehingga dapat berperan sebagai sumber protein hewan untuk ikan air tawar dan ternak.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia