Ribuan Topless Kue Kering Bikinan Musa Jahja Diekspor ke Singapura
Ribuan topless kue kering bikinan Musa Jahja diekspor ke Singapura tiap bulan.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Siapa bilang, camilan kue kering seperti nastar dan putri salju hanya digemari di dalam negeri? Buktinya, Musa Jahja bisa menghantarkan kue-kue kering tersebut hingga ke pasar luar negeri, seperti Singapura.
Dengan mengusung merek Puspa, pebisnis asal Jakarta ini mampu menjual ratusan ribu toples kue kering saban tahun.
Bisnis kue kering 'Puspa' sukses karena memiliki sejumlah keunggulan. Salah satunya, brand ini menyediakan lebih dari 100 jenis kue kering yang bisa dipilih pelanggan. Selain itu, dari sisi kualitas, Musa menyiapkan empat level kualitas, yakni kualitas ekonomis, reguler, spesial dan istimewa.
Hal ini menyebabkan produknya bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat, dari kelas atas hingga menengah bawah.
Saat ini, Musa sudah punya lebih dari 50 reseller yang tersebar baik di Jabodetabek, Sumatera, Kalimantan hingga Papua. Adapun, untuk Singapura, Musa rutin mengirimkan sekitar 800 hingga 1.400 toples per bulan.
Menurutnya, permintaan dari Singapura meningkat saat Imlek. "Saya bisa kirim 10.000 toples sebulan," tutur pria kelahiran 50 tahun silam ini. Di Singapura, kue kering Puspa dijual di lima outlet, seperti di Orchard Road dan Bandara Changi.
Sementara penjualan di dalam negeri biasanya melonjak saat momen hari raya seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Musa bilang, biasanya, empat bulan sebelum Lebaran, permintaan melonjak.
Ia bisa memproduksi hingga 2.000 toples kue kering per hari atau sekitar 60.000 toples kue kering sebulan. Pada hari normal, produksinya hanya ratusan toples sehari.
Jika tengah kebanjiran pesanan seperti ini, Musa akan merekrut tenaga kerja tambahan. Ia bisa melipatkan hingga 75 pekerja. Sedangkan, pada hari normal hanya mempekerjakan 25 tenaga kerja tetap.
Selain memenuhi pesanan eceran dari masyarakat, produk tersebut dipasok ke toko modern atau hipermarket. Memang, sejak 2009, lulusan Universitas Tarumanegara ini telah digaet Carrefour untuk menjadi pemasok kue kering di hipermarket tersebut.
Sebelumnya, Musa juga pernah bekerja sama dengan peritel lainnya. Bisa dibilang, sepanjang perjalanan bisnisnya selama 29 tahun, ia selalu bekerja sama dengan perusahaan ritel di dalam negeri. Misalnya, sejak mengawali bisnis pada 1984, ia diminta oleh Group Matahari untuk memasok kue kering pada stand Super Bazar di sana.
Begitupula, pada tahun 2000-an, ia juga diminta menyuplai produk kue kering ke gerai-gerai Indomart. "Tetapi sekarang saya sudah tidak lagi menyuplai produk ke kedua ritel itu," ucap Musa.
Lantaran pasarnya sudah merambah berbagai wilayah tanah air dan luar negeri, tak heran, Musa bisa meraup omzet Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar setahun. Sukses menggeluti bisnis kue kering, Musa mulai melebarkan sayap bisnis.
Ia merintis usaha pembuatan kue basah sejak tahun lalu. Kini, ia telah memproduksi bolu gulung, kue lapis surabaya, dan brownies. Tak hanya itu, sejak dua tahun terakhir, ia juga mulai merambah bisnis restoran seafood dan chinese food di kawasan Pecenongan. Selain memang tertarik dengan usaha kuliner, dua usaha itu juga bisa menunjang bisnis kue keringnya.
Revi Yohana