Samuel Wattimena Torehkan Kemenangan di Fiji Fashion Week 2013
Desainer Indonesia kembali mendapat pengakuan di negeri orang. Awal Oktober lalu, desainer kenamaan Tanah Air
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Desainer Indonesia kembali mendapat pengakuan di negeri orang. Awal Oktober lalu, desainer kenamaan Tanah Air Samuel Wattimena dinobatkan sebagai pemenang di Fiji Fashion Week 2013.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Fiji Fashion Week 2013, yang kali ini memasuki tahun keenamnya, mengajak perancang dari luar, khususnya peracang negara Asia Pasifik, untuk ambil bagian dalam perhelatan tersebut.
Selain Indonesia, ikut pula perancang dari Australia, Malaysia, termasuk Amerika. Di Fiji Fashion Week, Samuel menampilkan "The Movement of Indonesian Cloth", koleksi busana pria dan wanita yang diadaptasi dari kekayaan kain Indonesia dengan memadukannya satu sama lain.
Misal, tenun Endek Bali diberi sentuhan bordir Tasikmalaya lalu dipadu dengan celana batik sogan Solo.
Adapula batik sutra Pekalongan yang cantik dan selaras dengan selendang sulam Sumatera Barat. Selain itu, Samuel juga menampilkan atasan dan celana sutra Makassar dengan stola sulam Sumatera Barat, terusan batik sutra motif Kalimantan dengan over blouse sutra Makassar dengan selendan sulam Sumatera Barat.
Untuk pakaian pria, desainer yang telah memulai kariernya di dunia fashion sejak 1980 itu menghadrikan celana lurik dengan blus bahan endek Bali yang dibordir Tasikmalaya, dipakai dengan stola tenun Maluku, dan setelan tenun Rangrang Bali.
Semuanya tampil dalam garis desain dan modern khas Samuel. Samuel adalah salah satu desainer Indonesia yang sejak dulu berkomitmen untuk terus mengangkat wastra Indonesia.
"Di tengah gerusan arus global yang semakin modern, saya tetap ingin menghadirkan sentuhan Indonesia berupa perpaduan berbagai kain daerah," ujar Samuel dalam siaran persnya kepada TRIBUNnews.com.
Walau lingkup Fiji Fashion Week tak sebesar dengan pekan mode sekaliber Paris atau New York, penerima penghargaan Upakarti 1990 itu tetap merasa terhormat dan bangga dapat memperkenalkan kekayaan Indonesia di acara tersebut.
"Kemenangan saya ini adalah kemenangan kain Indonesia di mata dunia. Yang saya lakukan hanya mempresentasikannya dalam gaya saya. Selebihnya adalah keindahan kain itu semata," ungkap juara pertama Lomba Perancang Mode 1979 itu.