Indonesia Diincar Turis Seks Anak di Webcam
Semakin tingginya angka pengeksploitasian anak lewat sosial media, bukan tidak mungkin jika Indonesia juga bisa menjadi sasaran para predator anak.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.- COM - Terre des Hommes, sebuah organisasi berbasis hak asasi anak yang berpusat di Belanda mencatat anak-anak Filipina sering menjadi korban praktik "wisatawan" seks anak melalui webcam atau webcam child sex tourism (WCST) di kawasan Asia Tenggara.
Dengan penetrasi teknologi internet yang begitu cepat dan semakin tingginya angka pengeksploitasian anak lewat sosial media, bukan tidak mungkin jika Indonesia juga bisa menjadi sasaran para predator anak. Turis jenis yang umumnya berasal dari negara maju mulai mengincar anak Indonesia.
Demikian disampaikan Sudaryanto Country Manager Terre des Hommes Netherlands Asia Tenggara, Kamis (7/11/2013).
"Pengamatan sementara kami, predator memilih Filipina karena anak-anaknya fasih berbahasa Inggris. Adapun Indonesia bisa jadi sasaran karena penggunaan media sosial dan ponsel pintar oleh anak di sini cukup tinggi," ujar Sudaryanto.
Indonesia sendiri, kata Sudaryanto, adalah pengguna terbesar Facebook. Tercatat 55 juta penduduk Indonesia tercatat sebagai pengguna aktif Facebook.
Dalam pemaparannya, Sudaryanto mengatakan anak-anak rentan mengalami eksploitasi dan kekerasan seksual saat mereka menggunakan media sosial.
Mengutip data Komnas Perlindungan Anak, Sudaryanto mengatakan pada Januari-Februari 2013 terjadi 31 kasus kekerasan seksual terhadap anak melalui media online. "Kasus itu 37,3 persen dari kasus kekerasan seksual terhadap anak," kata dia.
Menurutnya, kejadian tersebut juga tak lepas dari kebiasaan anak mengakses situs pornografi.
"Berdasarkan data dari Adrianus Meliala, krimimolog Universitas Indonesia, tercatat 4.000 anak Indonesia mengakses pornografi pada tahun 2008. Jumlahnya meningkat menjadi 16 ribu pada tahun 2011," kata dia.
Untuk pengeksploitasian anak, terjadi perubahan pola. Yang dulunya dikendalikan oleh germo dewasa, kini cenderung dilakukan oleh teman sebayanya.
Ada beberapa faktor penyebab anak mudah terpapar dengan konten berbau pornografi lalu terjerembab ke dalam pengeksploitasian seks.
Lemahnya pengawasan oleh orang tua adalah penyebab utamanya. "Survei Child Maintenance Enforcement Commission (CMEC), 20 persen orang tua di Amerika tidak mengetahui email anak, nama samaran, dan password komputer. Meski terjadi di Amerika, ini juga bisa terjadi di Indonesia," kata dia.
Di samping itu, orang tua juga gagap teknologi dan merasa tidak memiliki cukup waktu untuk memperhatikan anak.
"Salahnya, mereka memberikan ponsel pintar untuk memudahkan komunikasi namun tanpa pengawasan," ucap Sudaryanto.
Faktor lainnya adalah kesulitan ekonomi, keluarga yang tidak harmonis, dan pengaruh teman sebaya.