Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Inilah yang Bikin Seni Tradisional Tergusur Budaya Barat

"Mestinya budaya tradisional dan modern diletakkan sejajar," kata pemerhati budaya Zastrow Al Ngatawi.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Inilah yang Bikin Seni Tradisional Tergusur Budaya Barat
/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO
Pakwi nama akrabnya dan mempunyai nama lengkap Dwi Putro Mulyono Jati (lahit di Yogyakarta, 10 Oktober 1963), sedang menyelesaikan lukisan Mbilung dan Semar diatas Kanvas, Kamis (9/10/2013) dalam acara pembukan pamerannya di Bentara Budaya Jakarta (BBJ). Diacara ini Pakwi karya lukisannya dikanvas panjang 88 meter dengan lebar 1,2 meter yang dikerjakan dalam waktu empat hari 15 jam 40 menid, masuk Rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) kategori Difabilitas Mental Melukis Wayang Terpanjang Nonstop. (TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Makin menghilangnya kebudayaan tradisional disebabkan budaya adi luhung bangsa tidak diletakkan sejajar dengan kebudayaan modern. Yang terjadi adalah budaya tradisional dimakan budaya asing yang masuk.

"Mestinya budaya tradisional dan modern  diletakkan sejajar," kata pemerhati budaya Zastrow Al Ngatawi saat sarasehan bertema Mengajak Generasi Muda Mencintai Kebudayaan Tradisional" yang diselenggarakan  BCA dan UNIMA di Jakarta, Sabtu (20/12/2013).

Kalau disebut menghilangnya kebudayaan karena adanya era globalisasi, ia berpandangan, globalisasi sudah lama terjadi  sejak adanya Walisongo yang menyebarkan agama  Islam.

"Tapi saat itu tidak mengerus nilai budaya  lokal sebaliknya memunculkan lapis kebudayaan.
Ini terkait strategi kebudayaan," kata bos grup musik religi Ki Ageng Ganjur ini.

Agar anak mau mengenal budaya nusantara, menurutnya perlu pertautan akal, bukan rasa.

Salah seorang mahasiswa Presiden University, Anna Indah menilai pentingnya kebudayaan masuk dalam kurikulum sekolah. Disamping itu perlu langkah pengenalan tanpa harus memaksa.

"Untuk mengenal  tidak perlu memaksakan untuk melihat, tapi cara mengetrek. Misalnya mengadakan pentas wayang berjudul Arjuna Galau. Tentu itu akan  menarik minat, wayang wong modern, tapi nilai value tersampaikan. Itu cara efektif mau mengetahui tentang wayang," katanya.

Berita Rekomendasi

Eko Sutriyanto

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas