Aktivis Greenpeace Desak Burberry Stop Gunakan Bahan Kimia Beracun
Aktivis Greenpeace di 12 kota di seluruh dunia beraksi menantang merek kenamaan Inggris, Burberry untuk menghentikan
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktivis Greenpeace di 12 kota di seluruh dunia beraksi menantang merek kenamaan Inggris, Burberry untuk menghentikan kisah cintanya yang beracun dengan berhenti menggunakan bahan kimia berbahaya beracun dalam produksi mereka dan segera berkomitmen untuk menjalankan Detox.
Beragam aksi dilakukan di depan toko Burberry dari Kota Jakarta hingga Moskow, para aktivis hari ini bermunculan sebagai monster kecil berbahaya yang melekat pada pakaian berlabel mewah ini.
"Burberry mengklaim bahwa produk mereka hadir ‘dengan cinta’ namun sangat disayangkan mereka tidak menjelaskan kepada publik bahwa produk mereka juga datang dengan ‘Monster Kecil Beracun’. Greenpeace mendesak kepada pembuat trend fashion ini untuk memberi para pelanggan mereka, masyarakat, serta generasi mendatang sebuah hadiah yang menyenangkan: fashion tanpa bahan kimia berbahaya," ungkap Ahmad Ashov Birry, Jurukampanye Detox Greenpeace Indonesia, Sabtu (25/1/2014) dalam keterangannya.
Aksi hari ini dilakukan menyusul kampanye Detox yang baru saja meluncurkan laporan tentang pakaian anak yang dibuat oleh berbagai merek. Temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa hampir semua produk Burberry yang diuji terbukti mengandung zat yang jika terlepas ke lingkungan dapat menjadi bahan kimia beracun dan mengganggu sistem hormon makhluk hidup.
"Masalahnya bukan hanya apakah Anda membeli produk Burberry atau tidak, monster-monster beracun ini ada dimana-mana, terlepas bebas dari pabrik-pabrik, terlepas dari pakaian kita saat dicuci dan bahkan dalam beberapa kasus, terbebas ke udara. Beberapa merek lain telah menunjukkan kepada Burberry bahwa fashion tak perlu mengorbankan planet ini, waktunya mereka menciptakan tren, berhenti menjadi penyebar bahan kimia beracun dan menjadi bagian dalam solusi Detox," lanjut Ahmad Ashov.
Beberapa sampel dari berbagai merek yang diuji dalam laporan yang sama juga dijual dan diproduksi di Indonesia. Dua dari 4 produk yang dijual di Indonesia dan 4 dari 6 produk yang diproduksi di Indonesia teridentifikasi positif mengandung bahan-bahan kimia berbahaya. Hal ini menunjukkan masih lemahnya peraturan perundang-undangan Pemerintah Indonesia dalam manajemen bahan kimia berbahaya, termasuk peraturan mengenai kandungan bahan kimia berbahaya dalam berbagai produk.
Berkat suara masyarakat global, merek-merek fashion ternama seperti Valentino, Zara dan Mango sudah berkomitmen untuk men-Detox pakaian dan proses produksinya dari bahan-bahan kimia berbahaya. Greenpeace mendesak merek-merek besar seperti Burberry untuk segera berkomitmen men-Detox seluruh rantai pasokan mereka dan menargetkan Nol Pembuangan bahan kimia berbahaya pada tahun 2020.
Aksi serupa dilakukan di Amsterdam, Beijing, Budapest, Hamburg, Jakarta, Hong Kong, London, Mexico City, Moscow, Rome, Taipei, Vienna.