Dulu Dianggap Kuno, Kini Motif Lurik Semakin Dilirik
Di tangan para desainer, lurik menemukan "nyawa" baru. Dengan permainan warna dan teknik desain, kini tampil modern.
Editor: Agung Budi Santoso
Gaya androgini juga menjadi pilihan Lulu ketika menggarap lurik. Bedanya, ia lebih banyak menggunakan teknik draping yang diterapkan pada atasan maupun busana kasual. Dengan teknik draping, lurik kemudian dilipat, ditumpuk, atau diikat.
Mayoritas rancangan Lulu dibuat serba longgar. Potongan pakaian sengaja mengikuti serat lurik. Garis-garis lurik yang menjadi tidak beraturan menghasilkan desain yang unik.
"Saya terinspirasi teori estetika dari Jepang tentang keindahan pada suatu hal yang tidak sempurna. Saya merasa tertantang karena pengolahan lurik masih monoton," tambah Lulu.
Untuk menyiasati karakter lurik yang bermotif sederhana, Lulu mengaku hal itu justru memacu kreativitasnya. Garis-garis lurik yang unik bisa disiasati lewat cutting dan style.
Lebar lurik yang maksimal hanya 70 sentimeter juga menjadi tantangan. "Saya justru menemukan keasyikan. Ujung kain dibiarkan unfinished," tambah Lulu, pemenang Lomba Perancang Mode 2011, Jakarta Fashion Week 2012, yang karyanya bisa diperoleh di sejumlah mal di Jakarta.
MAWAR KUSUMA/MYRNA RATNA