Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Ketika Gerombolan Wanita Cantik Tiba-tiba Menyerbu Panggung Catwalk dan Demonstrasi !

Gerombolan wanita cantik menyerbu panggung catwalk Chanel jelang akhir peragaan rumah mode Prancis itu di Paris Fashion Week.

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Ketika Gerombolan Wanita Cantik Tiba-tiba Menyerbu Panggung Catwalk dan Demonstrasi !
AFP/Patrick Kovarik
Segerombolan perempuan cantik tiba-tiba menyerbu panggung catwalk Chanel jelang akhir peragaan rumah mode Prancis itu di Paris Fashion Week, Selasa (30/9/2014). 

TRIBUNNEWS.COM - Segerombolan perempuan cantik tiba-tiba menyerbu panggung catwalk Chanel jelang akhir peragaan rumah mode Prancis itu di Paris Fashion Week, Selasa (30/9/2014).

Dalam balutan busana-busana modis, mereka menyerukan pesan-pesan yang menyiratkan persamaan hak perempuan dan kebebasan kaum minoritas.

Pada papan-papan yang mereka boyong tertulis kalimat, seperti "Free Freedom", "Women's Right Are More Than Alright", "Ladies First", dan "History is Her Story".

Unjuk rasa tidak berakhir huru-hara, tidak ada pula aksi gontok-gontokan melawan garda pengaman karena ini termasuk dalam acara peragaan busana yang digelar di Grand Palais, Paris. Para pengunjuk rasa adalah para model. Wajah model ternama terlihat di antara gerombolan itu, dari yang junior seperti Cara Delevingne hingga sang senior macam Gisele Bundchen.

Menggunakan toa berlogokan CC khas Chanel, Gisele meneriakkan kalimat-kalimat tentang kebebasan.

Karl Lagerfeld, sang direktur kreatif, memanfaatkan peragaan busananya itu untuk mengekspresikan penolakannya terhadap kekuasaan Partai Kanan Prancis yang mendukung kebijakan anti kaum homoseksual dan anti imigrasi.

Karl menyulap Grand Palais menjadi semacam blok lengkap dengan sebuah jalan ber-zebra cross di mana para model berlenggang. Di setiap sisi jalan itu berdiri backdrop tinggi bergambar  bangunan apartemen khas Prancis yang kian menguatkan kesan jalanan. "Chanel Boulevard", begitu Karl menyebut nama kawasan itu.

Berita Rekomendasi

"Saya rasa inilah momen untuk sedikit mengkritik lagi, terutama di Prancis. Saat ini Prancis mundur ke belakang," tutur pria 81 tahun itu seperti dikutip Tribunnews.com dari kantor berita Associated Press.

Adalah tipikal Karl menggunakan "kekuatan"-nya di industri mode untuk mengungkapkan opininya terhadap isu-isu sosial yang tengah mengemuka.

Tahun lalu, saat perdebatan pernikahan sesama jenis sedang hangatnya di Prancis, Karl menyertakan "pernikahan" lesbian di peragaan adi busana Chanel.

Filosofi Karl akan persamaan hak perempuan dan lelaki juga terpatri jelas pada koleksi busana musim semi-panas 2015 yang dipresentasikan saat itu. Busana didominasi siluet-siluet yang memadukan unsur feminin dan maskulin.

Beberapa di antaranya, pilihan setelan bersiluet longgar berbahan tweed khas Chanel untuk busana kerja. Unsur jenaka terasa pada perpaduan blouse atau dasi berwarna-warni untuk setelan itu.

Setalah  busana bergaya maskulin, barulah Karl menyuguhkan pilihan busana-busana dengan siluet memeluk tubuh. Palet monokromatik tentunya mendapat tempat spesial sebagaimana biasanya. Hadir berbagai pilihan dress hitam-putih mulai dari yang bersiluet kotak dengan aksen lipit, dress bernuansa floral, sampai kemeja berkerah victorian.

Daniel Ngantung

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas