Diet Sampai Menyiksa Diri, Mau Berbadan Sehat atau Pentingkan Tubuh Seksi?
Mengapa harus diet dengan pola makan menyiksa diri? Mau badan sehat atau lebih penting bodi seksi?
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Sudah tahu makan dengan gizi seimbang itu yang terbaik untuk tubuh, tetapi banyak anak muda meninggalkan pola makan itu demi mendapat tubuh ideal seperti para bintang. Mereka bahkan tak menghiraukan akibat makan dengan pola keliru yang bisa membahayakan kesehatan.
Orang perempuan maunya berbadan langsing atau tinggi semampai bak model, sementara para laki-laki pengin punya badan tegap dan berisi alias berotot.
Anehnya untuk mendapat tubuh bagus, mereka tidak memilih menjaga pola makan yang benar dan menambahkan porsi berolahraga secara cukup. Justru mereka yang pengin punya badan ideal tadi memilih jalan pintas dengan cara membatasi makan alias diet berlebihan. Misalnya hanya makan nasi sekali sehari. Itu bisa membahayakan kesehatan karena tubuh tekor akibat jumlah kalori yang masuk lebih kecil daripada yang dibutuhkan tubuh.
Coba simak apa kata Titi Sekarindah SpGK, dokter spesialis gizi. Menurut Titi, mereka yang memiliki perilaku makan menyimpang tersebut sebenarnya sudah bisa tampak dalam jangka waktu sekitar satu-dua bulan.
”Penurunan berat badan mereka biasanya terlihat drastis, rambutnya cenderung rontok, kulit pun kelihatan jauh lebih keriput dibandingkan usianya,” kata Titi.
Keinginan untuk selalu tampil langsing bisa membuat seseorang melakukan diet ekstrem sampai menderita anorexia nervosa atau bulimia nervosa. Untuk mengatasinya, diperlukan penanganan oleh tim dokter seperti psikiater, internis, dan spesialis gizi.
”Biasanya pasien menjadi fobia melihat makanan. Kalaupun mereka makan, tak lama kemudian memuntahkannya. Kalau sudah begini, pasien harus ditangani tim dokter,” katanya.
Perilaku diet yang salah sehingga mengakibatkan penyimpangan perilaku makan mengakibatkan antara lain adanya kelainan pada hormon di otak, kekurangan protein, kekurangan berat badan, dan kekurangan gizi.
”Pada perempuan, bisa mengakibatkan orang itu tidak menstruasi karena hormon estrogennya menurun. Ini jelas tidak sehat,” tandas Titi.Selain itu, kemampuan metabolisme tubuh orang tersebut juga akan menurun karena tak ada asupan makanan yang dibutuhkan.
Mengurangi makan
Memang kita enggak bisa sembarangan melakukan diet. Pengalaman Tina Toonita, penyanyi yang baru lulus dari Program Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Bina Nusantara Jakarta, bisa menjadi pembelajaran. Ia pernah diet yang bisa disebut ekstrem. Kebetulan sejak kecil ia obesitas alias kegemukan. Selain karena faktor genetik, juga karena gaya hidup, yaitu sehari makan 7-8 kali plus ngemil.
Ketika remaja, usia 14-15 tahun, Tina memiliki berat badan hingga 80 kilogram. Namun, ia diet bukan karena ingin punya tubuh ramping. ”Waktu itu aku sering sakit. Dokter bilang itu karena aku kegemukan, maka mulailah aku diet keras,” tuturnya, Minggu (16/11) di Jakarta.
Masalahnya, waktu itu ia langsung menghindari makan karbohidrat. Memang benar berat badannya turun, tetapi ia juga terkena sakit pencernaan yang menyiksanya. ”Aku kena sakit maag,” lanjutnya.