Roemah Martha Tilaar Dibangun di Kampung Gombong
Berlokasi di kota kelahirannya, Gombong, Kebumen, RMT merupakan semacam museum dan pusat kebudayaan yang didirikan di rumah masa kecil Martha.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM, KEBUMEN - Sabtu (6/12/2014) menjadi hari bersejarah bagi Dr (HC) Martha Tilaar. Di hari itu, pengusaha kosmetik dan pendiri Martha Tilaar Group tersebut meresmikan Roemah Martha Tilaar (RMT).
Berlokasi di kota kelahirannya, Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, RMT merupakan semacam museum dan pusat kebudayaan yang didirikan di rumah masa kecil Martha.
Selain berisi informasi perjalanan hidup dan karier Martha, bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 2.000 meter persegi itu turut dijadikan wahana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat Gombong melalui berbagai kegiatan di bidang ekonomi kerakyatan, sosial dan budaya.
"Di usia saya yang menjelang 78 tahun, saya terpanggil untuk kembali berkarya di kampung halaman. Rumah Martha Tilaar kami wujudukan bukan sekedar bangunan bersejarah tapi sebagai bakti kami kepada masyarakat Gombong. Anak Kampung kembali ke kampung," ujar ibu empat anak itu.
Didirikan pada 1920, bangunan bergaya arsitektur Indische Empire (mirip art deco) itu dulunya rumah milik Liem Siauw Lam, yang tak lain adalah kakek Martha. Liem memiliki dua anak, salah satunya ibu Martha. Liem menghuni rumah itu bersama anak dan cucu-cucunya.
Di rumah itu, Martha menghabiskan masa kecilnya hingga remaja sebelum akhirnya ia mengikuti ibu dan ayahnya hijrah ke Jakarta. Singkat cerita, rumah tersebut sempat terbengkalai karena tidak berpenghuni. Kondisinya sangat memprihatinkan bahkan terancam rubuh.
"Saking jeleknya, rumah tersebut terkesan angker bagi penduduk sekitar," kenang Wulan, putri pertama Martha, Ketua Yayasan Warisan Budaya Gombong yang menaungi RMT.
Adalah impian Martha untuk menjadikan rumah keluarganya itu sebagai tempat yang bernilai manfaat bagi masyarakat Gombong. Setelah membeli dari ahli warisnya dua tahun lalu, rumah tersebut dipugar hingga akhirnya menjadi seperti bangunan baru tanpa meninggalkan kesan aslinya.
Bupati Kebumen Buyar Winarso sangat mengapresiasi kontribusi Martha untuk Gombong yang diwujudkan melalui RMT. Ia berharap, RMT dapat menjadi wadah bagi masyarakat Gombong yang ingin berkarya dan mengembangkan diri.
Di samping itu, kehadiran RMT diharapkan dapat memotivasi warga Gombong yang mencari peruntungan di kota lain untuk kembali dan membangun kota kelahirannya.
"Tentunya ini merupakan teladan bagi para perantau agar tidak melupakan Gombong," ujarnya.
Yayasan Warisan Budaya Gombong menggandeng Dinas Pariwisata setempat untuk membantu mempromosikan RMT sebagai destinasi wisata Gombong. Saat ini, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk.
"Tapi nanti pasti akan ada biaya masuk untuk biaya maintenance. Namun harganya akan tetap terjangkau," kata Wulan.
Dalam rangka pembukaan RMT, Yayasan Warisan Budaya Gombong akan mengadakan berbagai pertunjukan seni dan acara bincang-bincang di RMT pada 6 hingga 10 Desember mendatang.