Selebrasi Desainer Didi Budiardjo untuk Museum dan Wastra
Bukan sekedar selebrasi, pameran tersebut sebetulnya menyimpan misi mulia. Didi berharap, Pilgrimage dapat menumbuhkan minat ke Museum.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Anita K Wardhani
Berpindah ke ruang sebelahnya yang bertajuk Orient, pengunjung disuguhi koleksi bernuansa Tiongkok. Di ruangan ini, desainer jebolan LPTB Susan Budihardjo dan Atelier Fleuri Delaporte ingin mengapresiasi budaya nenek moyangnya.
Alunan musik klasik dan new age sesekali menggema di sejumlah ruangan. Pada jamuan malam yang digelar selepas pembukaan di halaman belakang museum, para tamu juga dimanjankan aksi kuartet musik dawai.
Dari gesekan mereka, mengalun Air on the G String karya Bach dan Four Season gubahan Vivaldi. Semuanya adalah musik kesenangan Didi. Ini menjukkan bagaimana musik sangat memengaruhi proses kreatif sang desainer.
Beberapa ruangan lainnya menampilkan koleksi yang membuktikan kemahiran Didi mengolah wastra nusantara menjadi busana-busana modern nan anggun. Beberapa wastra yang diolahnya di antaranya, lunggi sambas, songket bali, batik mega mendung, dan tenun NTT.
Yang menarik, tidak terlihat larangan menyentuh karya-karya masterpiece sang desainer sehingga pengunjung bebas merabanya. Pesan mengenal lebih dekat warisan budaya pun bisa tersampaikan secara maksimal.
Ditampilkan pula kebaya merah-putih yang membaluti tubuh Veronica saat pelantikan suaminya sebagai Gubernur DKI Jakarta, 19 November lalu.
Selain koleksi arsip pribadi, beberapa koleksi pameran juga ia peroleh dari para klien setianya yang meminjamkan busana rancangannya.
Total, ada 70 set busana yang terdiri 300 benda pamer (termasuk aksesori). Ini merupakan benda pamer terbanyak sepanjang sejarah pemeran yang digelar Museum Tekstil.