Semua Lagu Dolanan Anak, Termasuk Lir Ilir, Ternyata Adopsi Budaya Tiongkok
-Pengaruh Tiongkok pada seni pertunjukan di Indonesia sangat besar dan sudah membaur menjadi keseharian.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM -Pengaruh Tiongkok pada seni pertunjukan di Indonesia sangat besar dan sudah membaur menjadi keseharian.
Dalam musik, penjelasannya gamblang, yakni bermula dari titi laras slendro. ”Saya bilang, slendro itu 100 persen Tiongkok yang sudah ada sejak 2.700 tahun sebelum Masehi dengan nama huang mai tiau. Kalau pelog barulah asli Jawa,” kata budayawan Remy Sylado.
Bicara musik Jawa tentu bicara panggung pertunjukan tradisional Jawa, termasuk peran Sunan Kalijaga mengembangkan lagu ”Macapat”. Penelitian Jaap Kunst tahun 1930-an menyimpulkan, semua lagu dolanan anak, seperti ”Ilir Ilir”, menggunakan titi laras slendro.
”Banyak yang tidak tahu lagu Batak ’A Sing Sing So’ itu lagu Tiongkok. Xing Xing Xuo artinya bintang berekor,” kata Remy, penulis buku Sinologi dalam Fiksi (penerbit Nuansa Cendekia Bandung).
Semua serba-terbuka sejak Presiden Abdurrahman Wahid menetapkan Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 2000 dan mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat-Istiadat Tiongkok.
Sekolah musik Guzheng Sekolah Musik Miladomus pun bisa berpentas bebas kapan pun serta di mana pun. Kepala Akademik Guzheng Eni Agustien mengatakan, ”Sekarang musik Tionghoa juga dimainkan di gereja. Musik guzheng masuk ke ekstrakurikuler sekolah, seperti di BPK Penabur. Mulai ada kolaborasi dengan musik-musik Indonesia. Dampaknya ke musik Indonesia cukup besar,” kata Eni.
Wayang boneka potehi yang masih awet dipentaskan berasal dari daratan Tiongkok dan sudah berumur 3.000 tahun. Wayang ini diterima masyarakat Indonesia, bersanding dengan wayang kulit dan golek di Jawa.
Wayang yang masuk Indonesia pada abad ke-16 ini secara rutin dipentaskan di Mal Ciputra setiap Imlek. Tahun ini menampilkan dalang asal Surabaya, Sugiya Waluya Subur.
Kembali ke panggung sastra dan teater di Indonesia. Siapa yang tahu kalau mendiang Pramoedya Ananta Toer pernah menerjemahkan naskah He Tjing Tje, drama opera besar di Tiongkok, dengan judul Dewi Uban? Sayang, belum pernah dipentaskan. Siapa yang tahu tentang Kelompok Teater Peking di Bandung yang tidak pernah pentas semasa Orde Baru dan kostumnya sangat menawan? Atau naskah teater di Minahasa, Mapurengke, yang menurut Remy, bercerita tentang nenek moyang orang Minahasa bernama Luminuut, yang juga berasal dari Tiongkok. (Susi Ivaty)