Saran Ahli Parenting Saat Hadapi Anak yang Mogok Sekolah
Sering kali orangtua justru tidak mengenali minat dan bakat anak-anaknya sendiri, kecuali setelah anak-anak mereka berkonsultasi dan didampingi
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Dalam sebuah wawancara dengan media internasional, pesepakbola ternama dunia asal Portugal, Christiano Ronaldo, pernah berkisah mengenai masa kecilnya.
“I remember when my teacher told me that football wouldn’t give me anything to eat, ” tutur bintang lapangan hijau bernomor punggung 7 itu suatu kali. Namun apa yang terjadi, justru football atau sepakbola lah yang menjadikan Ronaldo seseorang yang tak terkalahkan di dunia ini.
Kisah tentang Ronaldo ini mengawali acara bincang-bincang mengenai parenting bersama para investor reksa dana ahli parenting Ayah Edyyang diselengarakan oleh Danareksa Investment Management (DIM) belum lama ini.
Dalam acara ini, Edy menyampaikan presentasinya mengenai cara memetakan potensi unggul setiap anak untuk bisa sukses di usia muda. Ada banyak hal menarik yang diutarakan Edy, terkait cara orangtua mengenali potensi unggul anak-anak mereka.
Sering kali orangtua justru tidak mengenali minat dan bakat anak-anaknya sendiri, kecuali setelah anak-anak mereka berkonsultasi dan didampingi Edy hingga berhasil menemukan bakat utamanya dan fokus menjalaninya hingga sukses di usia muda mereka.
Jadi, kata Edy, “Kalau anak mogok sekolah atau sudah bilang enggak mau sekolah, tidak masalah. Orangtua enggak perlu panik, santai saja. Kenapa? Karena anak-anak enggak suka pelajaran sekolah dan lebih suka menekuni apa yang menjadi minat utamanya. Sederhana sekali, bukan?”
Namun yang terjadi, lanjut Edy, mayoritas orangtua akan menajdi stres berat dan marah besar ketika mendengar anak-anaknya mogok sekolah.
Padahal, “Seharusnya orangtua mengajaknya mengobrol dengan kepala dingin dan hati tenang, mengapa anak mogok sekolah ? Apa yang paling diinginkan anak? Jangan-jangan yang ingin sekolah itu orangtuanya, bukan anaknya,” kata Edy memberi saran dan kritik terhadap orangtua.
Setelah anak mau mengutarakan alasannya dan mengatakan apa yang paling diinginkannya di dunia ini, kata Edy, mulai petakan potensi paling unggul dari diri anak. Bagaimana caranya memetakan potensi unggul ini?
“Buat rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk menentukan masa depan anak dari sekarang. Misalnya, jika si A jelas-jelas enggak mau sekolah, jangan dipaksa karena akan semakin membuat anak tertekan. Tapi arahkan anak untuk melakukan apa yang paling diinginkannya.”
Jika anak suka menari, lanjut Edy, masukkan anak ke sekolah menari yang paling bagus dan memiliki sertifikasi internasional atau diakui di dunia. Atau jika anak suka menyelam, persiapakan anak untuk menjadi seorang ahli selam kelas dunia.
Jadi, Edy menegaskan, dalam memetakan potensi unggul ini juga jangan tanggung-tanggung. “Tapi harus diupayakan untuk selalu menjadi nomor satu. Sebab menjadi nomor dua selalu dilupakan orang. Intinya, jadilah yang terbaik, nomor satu dan kelas dunia. Jangan cuma kelas lokal!” tegas Edy lagi.
Dengan konsep parenting yang dijalaninya selama ini, Edy mengatakan, sudah banyak anak-anak Indonesia yang berhasil ia dampingi dan meraih sukses di dunia internasional dalam berbagai bidang yang memang sangat diminati oleh mereka.
“Percayalah, anak Indonesia sangat cerdas. Terlebih jika tahu cara menanganinya. Jadi jangan sepelekan hobi atau minat anak, sebab sangat besar kemungkinan itulah yang jadi potensi unggul anak. Tinggal orangtua mengarahkan dan miliki nyali untuk mendukung anaknya jadi orang sukses kelas dunia, bukan jadi anak yang hanya menuruti hasrat orangtua,” pungkas Edy.
Jadi, saat anak mogok sekolah , upayakan cari tahu apa yang sebenarnya diminati anak, lalu arahkan dengan maksimal minat yang dimilikinya tersebut. (Intan Y.Septiani/Tabloidnova.com)