Bumbu Kacang Gado-gado Bon Bin Sempat Ditawar Puluhan Juta Rupiah
Inilah gado-gado paling enak di Indonesia dengan bumbu kacangnya yang pernah ditawar puluhan juta rupiah tetapi tak dilepas juga oleh pemiliknya.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inilah gado-gado paling enak di Indonesia dengan bumbu kacangnya yang pernah ditawar puluhan juta rupiah tetapi tak dilepas juga oleh pemiliknya. Asinannya juga sangat enak. Tak heran dengan usianya yang ke-55 tahun ini menjadikan restoran ini semakin dicari banyak orang.
"Kita hanya buka di sini saja tak ada di tempat lain," kata Hadi Lingga Wijaya, generasi kedua pemilik restoran gado-gado dan asinan Bon Bin khusus kepada Tribunnews.com belum lama ini.
Bon Bin berasal dari singkatan kebon binatang karena dulu bernama Jalan Kebon Binatang sebelum berubah menjadi Jalan Cikini IV No. 5 Jakarta Pusat dengan telepon (021) 3141539 dan buka mulai jam 10 pagi hingga jam 5 sore. Restoran ini berdiri sejak tahun 1960.
Puluhan tempat gado-gado dari yang lama sampai yang baru pernah Tribunnews.com coba dan nikmati tetapi gado-gado yang satu ini memang luar biasa enak, dan pasti akan sering ke sana kalau kita sudah pernah mencobanya.
"Saya pernah ditawarkan untuk buka di tempat lain dan juga pernah ditawar untuk bumbu kacangnya saja puluhan juta rupiah tetapi saya tak lepas," tambahnya.
Hadi yang selalu bekerja bersama keluarganya, bersama adik wanitanya dan ibu serta keluarganya, sangat menikmati kehidupan sehari-harinya dengan hanya berjualan gado-gado serta asinan dan cendol yang menjadi unggulan makanannya di sana.
Harganya hanya sekitar Rp 38.000 satu porsi. Namun bagi yang berada di sekitar sana, setiap siang seringkali kita lihat puluhan pesanan berdatangan untk dibawa ke kantor yang ada di sekitar lokasi.
"Sibuk bukan main. Tapi begini saja kami sudah senang, sudah puas dengan hidup yang ada sekarang ini," lanjutnya.
Walaupun restoran ini sudah ada sejak 1960 dan kini banyak yang harus dibetulkan, kebersihan tetap dijaga baik.
Lalat hampir dikatakan tidak ada karena kontrak dengan perusahaan yang menangani bidang tersebut, memasang perangkat di sekitar pintu masuk restoran, agar lalat tidak masuk atau menjauh dari restoran tersebut.
Bukan hanya orang Indonesia, banyak orang asing terutama dari Jepang datang ke sana menikmati makanan asli Betawi ini yang tak pernah bosan kalau sudah pernah sekali saja kita cicipi.
Peliputan media pun sudah banyak termasuk kru berbagai televisi. Namun tetap saja Hadi tak bergerak ke luar, tidak pernah dan tidak akan membuka cabangnya ke luar.
"Di sini saja lah, repot kalau buka-buka cabang harus ke sana ke mari untuk jaga kualitas makanan kita," ungkapnya lagi.
Semua bahan dibelinya di pasar sejak pagi hari, dimasak, digoreng disiapkan dan jam 10 pagi barulah membuka restoran, serta langsung ramai dipesan orang untuk makan siang. Meski lelah, Hadi bersyukur karena mendapat kepercayaan dari banyak orang yang tetap selalu setia membeli gado-gado dan asinannya hingga kini.