Dokter Spesialis Anak Ingatkan Orangtua Batasi Buah Hati Main Tablet dan TV
Dalam kehidupan masyarakat modern, aktivitas anak di depan layar (screen time) termasuk tinggi. Itu tak lepas dari peran orangtua
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Orangtua dianjurkan membatasi interaksi anak dengan televisi dan gawai. Sebab, interaksi berlebihan dengan perangkat itu dikhawatirkan bisa menghambat tumbuh kembang anak.
Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Metropolitan Medical Center, Jakarta, Catharine M Sambo, memaparkan hal itu dalam acara konsultasi dengan orangtua pasien kanker pada anak, akhir pekan lalu, di rumah singgah Yayasan Kasih Kanker Indonesia, Jakarta.
Dalam kehidupan masyarakat modern, aktivitas anak di depan layar (screen time) termasuk tinggi. Itu tak lepas dari peran orangtua yang memperkenalkan gawai pada anak untuk menjaga komunikasi ataupun memberi hiburan. Jika tak dibatasi, aktivitas itu bisa menimbulkan kecanduan terhadap perangkat itu, bahkan sebagian anak melakukan hal itu dalam waktu amat lama.
"Aktivitas di depan layar dikhawatirkan berdampak pada terbatasnya pergerakan anak dan kemampuan mengungkapkan pemikirannya," kata Catharine.
Menurut sejumlah riset, acara anak di televisi bisa mengembangkan kemampuan kognitif, tapi anak tak bisa mengungkapkan pemikiran itu karena jarang berinteraksi. Padahal usia 0-2 tahun ialah periode emas anak menangkap kondisi lingkungan, terutama kemampuan berbahasa.
Pada masa itu, anak setidaknya bisa berbicara dengan kalimat pendek minimal dua kata. Jadi, orangtua dianjurkan lebih banyak berinteraksi dengan anak, misalnya membacakan dongeng. "Jika memungkinkan, orangtua tak perlu memberi gawai sampai anak berusia 5 tahun," ucapnya.
Jika pada masa tumbuh kembang, usia 0-18 tahun, orangtua mengenalkan gawai atau televisi pada anak, aktivitas anak di depan layar sebaiknya dibatasi hanya 1,5 jam. "Tak perlu waktu lama bagi anak bermain gawai dan televisi. Biasakan mereka beraktivitas dan berinteraksi dengan banyak orang," ujarnya.
Untuk itu, orangtua perlu menciptakan kegiatan lebih kreatif agar anak tak kecanduan gawai dan menonton televisi. Misalnya, menciptakan permainan dengan benda bersifat riil menggantikan permainan virtual.
Dokter spesialis anak konsultan onkologi hematologi RS Dharmais, Haridini Intan Mahdi, menambahkan, aktivitas anak dengan layar televisi dan gawai tak berpengaruh pada perkembangan kanker. Namun, cahaya pada layar bisa berpengaruh buruk terhadap anak yang sarafnya amat sensitif pada cahaya.