Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Kebahagiaan Hidup Tergantung dari Tebal atau Tipisnya Isi Dompet?

Warga Inggris ditemukan lebih bahagia dan positif ketika nominal kekayaan mereka melambung dari waktu ke waktu.

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Kebahagiaan Hidup Tergantung dari Tebal atau Tipisnya Isi Dompet?
Istimewa

TRIBUNNEWS.COM – Ada sebuah kata bijak yang mengatakan bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Namun, pernyataan tersebut tampaknya harus mengalami revisi.

Pasalnya, menurut sebuah studi teranyar mengungkapkan bahwa mayoritas orang merasa lebih bahagia ketika aset dan tabungan mereka terus meningkat.

Sebuah survei yang digagas oleh Office for National Statistics (ONS), menyimpulkan bahwa warga Inggris ditemukan lebih bahagia dan positif ketika nominal kekayaan mereka melambung dari waktu ke waktu.

Kebahagiaan yang ditemukan oleh ONS pada warga Inggris, sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran rumah, tabungan pendidikan anak, aset bergerak, bunga deposito, dan nominal tabungan.

Sebaliknya, tidak ada korelasi antara dana pension dan nilai aset properti terhadap kebahagiaan mereka dalam menjalani kehidupan.

Namun, hasil temuan ONS ini disangkal oleh seorang hartawan Inggris bernama John Caudwell, seorang pengusaha dan filantropi, serta pendiri Phones4U. Estimasi nilai kekayaan Caudwell mencapai 2 triliun pounsterling.

Caudwell mengaku, dari skala satu sampai 10, setiap hari rasa kebahagiaannya hanya berada di skala satu dan dua.

BERITA REKOMENDASI

Kemudian, seorang konglomerat lainnya, Markus Persson, inovator dan pencipta aplikasi games, mengatakan bahwa semenjak dia menjual perusahaan mainanya, Mojang, kepada Microsoft, dia justru merasa limbung dan kosong. Padahal, profit yang diperoleh Persson dari penjualan perusahaan tersebut mencapai trilyunan dollar AS.

Persson mengatakan, membangun dan mengembangkan Mojang, membuatnya semangat setiap hari untuk terus berkembang dan mencari pengetahuan.

Sekarang, motivasi untuk semangat itu tak lagi berada di tangannya, sehingga membuatnya merasa malas dan melumpuhkan keinginan untuk terus menjadi orang yang lebih baik. Salah satu kehilangan besar yang dirasakan oleh Persson adalah interaksi positif antara dirinya dengan para karyawan.

“Saya memiliki banyak waktu untuk bersosialisasi dan berpesta di Ibiza. Namun, saya tak pernah merasa begitu terisolasi dalam hidup,” tulis Persson dalam akun Twitternya.

Pernyataan dan pengalaman dua konglomerat di atas, jelas sangat kontras dengan temuan ONS. Sejauh ini, hasil survei ONS memiliki korelasi yang nyata antara kebahagiaan dan kekayaan.


Hasil penemuan ini merupakan kerja keras dari mempelajari kualitas kebahagian para responden menjalani hidup, sepanjang tahun 2011 hingga 2012.

ONS bersikeras bahwa hubungan pemikiran positif, semangat hidup, dan kualitas kebahagiaan, mengalami perbaikan seiring dengan jumlah kekayaan responden.

“Hasil studi ONS berdasarkan data Wealth and Assets Survey. Jelas terlihat ada peningkatkan kualitas kepuasan hidup seiring nilai kekayaan yang terus bergerak ke atas,” rangkum hasil laporan ONS.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas