Keringat Beraroma Amonia? Itu Tanda Anda Kekurangan Karbohidrat
Bau keringat yang tajam dan membuat mual seperti amonia ini bisa muncul setelah kita beraktivitas di tempat panas atau melakukan olahraga berat.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM – Keringat memang sulit dihindari jika kita tinggal di daerah tropis seperti Indonesia. Tetapi, terkadang ada orang yang memiliki bau keringat seperti amonia. Pola makan bisa jadi pemicunya.
Bau keringat yang tajam dan membuat mual seperti amonia ini bisa muncul setelah kita beraktivitas di tempat panas atau melakukan olahraga berat.
Tetapi sebenarnya aroma menusuk itu bisa menjadi tanda bahaya pola makan kita tidak sesuai dengan kebutuhan energi tubuh.
"Tubuh kita normalnya memetabolisme karbohidrat untuk menciptakan energi yang dibutuhkan saat olahraga. Tetapi jika kita olahraga berat dan tidak cukup karbohidrat yang diperlukan tubuh, sistem kita akan mengubahnya menjadi metabolisme protein," kata Dr.William Robert, profesor sport dan kedokteran keluarga.
Ketika tubuh memecah protein, amonia adalah satu satu hasil produknya. Normalnya, liver akan mengubah amonia itu menjadi urea, komponen organik yang akan dikeluarkan ginjal dalam bentuk urine.
Tetapi saat kita kekurangan karbohidrat dan mengubah protein sebagai sumber energi, liver mungkin tidak bisa mengatur semua amonia yang dihasilkan tubuh.
Dalam kondisi tersebut, keringat kita menjadi sarana untuk pembuangan ekstra amonia dari sistem.
"Keringat berbau amonia ini sering ditemui pada orang yang kurang mengasup karbohidrat dan banyak mengonsumsi protein, atau orang yang olahraga berlebihan, seperti ultra maraton," kata Dr.Lewis Maharam, penulis buku Running Doc's Guide to Healthy Running.
Dehidrasi juga bisa menyebabkan keringat berbau karena membuat konsentrasi keringat lebih pekat.
"Jika urine berwarna kuning pekat atau kecokelatan, Anda kurang minum air dan ini bisa menyebabkan badan berbau amonia," kata Maharam.
Selain mengonsumsi sumber karbohidrat, jika Anda termasuk getol berolahraga, disarankan untuk mengonsumsi minuman sport dan camilan berkarbohidrat (seperti bar). Dengan demikian tubuh akan terhindar dari menyintesa protein.