Lewat 'Jajaka' Ivan Gunawan Hadirkan Batik Berkesan Muda
Ivan Gunawan memamerkan koleksi terbarunya mengusung label Jajaka di Jakarta Fashion & Food Festival 2016.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perancang busana Ivan Gunawan kembali menghadirkan koleksi terbaru di Jakarta Fashion & Food Festival 2016 di Ballroom Harris Hotel & Conventions.
Pria yang akrab disapa Igun itu memamerkan koleksi terbarunya dalam industri fashion mengusung label Jajaka. Nama ini ia temukan hingga diputuskan sebagai label miliknya sudah berlangsung setahun lebih.
"Misalnya diurut kenapa saya menemukan nama Jajaka, tahun 2012 saya memang pernah membuat pagelaran yang saya beri judul Jajaka," cerita Ivan di Ballroom Harris Hotel & Conventions, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu (7/5/2016).
Jajaka menginspirasi Igun saat bepergian ke Tasikmalaya dan menemukan banyak keunikan batik di daerah tersebut, termasuk para perajinnya. Perjalanan tersebut mendorongnya menggunakan nama Jajaka, selain memang unik.
"Melihat motifnya, batik di sana unik, fun, colorful. Dan motifnya berbeda dengan batik-batik biasa," papar pemilik nama lengkap Ivan Gunawan Putra itu.
Desainer khas patchwork (padu padan warna) ini menambahkan, memilih memadu-padankan warna dalam sebuah kemeja agar melahirkan image batik menjadi lebih muda dan mudah dipakai.
Batik tak selamanya dikesankan untuk acara formal, begitu kata Igun, sehingga lahirlah koleksi batik yang bisa dipadupadankan. Konsep yang dipilih sejak awal pun tak menyasar batik yang mengandung filosofi berat.
"Orang pakai batik look-nya enggak harus selalu formal, jadi saya bebas memadukan berbagai kain di dalam satu bahan, karena dari awal konsepnya saya tidak memilih kain-kain batik berfilosofi berat," beber dia.
Melalui karya terbaru bernama Jajaka, Igun mencoba menghadirkan filosofi layang-layang dan membagi karyanya ke dalam tema langit dan bumi.
Warna biru, putih, berpadu aksen hitam untuk melukiskan kebebasan menjadi tema koleksi langit. Sedang koleksi bumi menggambarkan keempat pintu, bermain dengan warna nude, tanah, dan kuning.
Filosofi yang dipetik Jajaka didasari pada filosofi arsitektur bangunan adat Melayu Riau, berupa hiasan yang terdapat pada empat sudut pancuran atap. Bentuk khas trapesium dari layang-layang itu kemudian dituangkan menjadi motif busana, khususnya koleksi pria.