Palantaloom, Studio Songket Minangkabau yang Dikomandani Warga Negara Swiss
Menggunakan pakem nilai-nilai leluhur, Palantaloom berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan kerajinan tenun.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mungkin nama 'Palantaloom' masih terdengar asing di telinga anda, namun jika anda pecinta songket, pasti anda mengenal nama perusahaan yang khusus memproduksi salah satu wastra nusantara, yakni kain songket.
PT Studio Songket Palantaloom atau biasa disebut Palantaloom, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi bahan songket yang memiliki desain eksklusif.
Menggunakan pakem nilai-nilai leluhur, Palantaloom berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan kerajinan tenun.
Pemilik sekaligus pendiri Palantaloom, Bernbard Dubler Bart menjelaskan visinya untuk terus mengembangkan dan meningkatkan kerajinan tenun di seluruh Sumatera.
"Visi kami adalah mengembangkan dan meningkatkan kerajinan tenun sehingga tenunan yang diproduksi disini nantinya tidak hanya tenunan songket Minangkabau, akan tetapi tenunan songket yang ada di seluruh Sumatera,". Ujar Bernhard saat ditemui di Ballroom Harris Hotel & Conventions, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (12/5/2016) malam.
Ia juga menambahkan, Palantaloom turut mendidik para penenun muda berbakat untuk melestarikan warisan yang sudah ada turun temurun.
"Palantaloom juga mendidik penenun-penenun muda berbakat dalam upaya melestarikan teknik tenun Sumatera Barat," jelasnya.
Palantaloom didirikan oleh pasangan suami istri berkebangsaan Swiss, Bernhard Dubler Bart dan Erika Dubler Bart.
Sejak 1996, pria yang sebelumnya berprofesi sebagai arsitek tersebut, melakukan penelitian mengenai songket Minangkabau serta mengumpulkan data untuk mengembangkan motif-motif tradisional.
Upaya itu membuahkan hasil, yakni cikal bakal tenunan yang memiliki kualitas tinggi yang diproduksi oleh Palantaloom.
"Palantaloom akan terus berupaya untuk melestarikan sekaligus membudidayakan pemakaian songket, tidak hanya di Sumatera Barat, tapi juga di Indonesia bahkan mancanegara," paparnya.
Menurutnya, dengan melakukan pembudidayaan songket, bisa membuat profesi sebagai 'seorang penenun' semakin diperhitungkan.
"Dengan membudidayakan songket, kami yakin permintaan songket akan meningkat, dan ini akan membuat pekerjaan sebagai 'seorang Penenun' bisa menjadi profesi yang diandalkan," tegasnya.
Pria yang rela hijrah dari Swiss ke Indonesia tersebut berharap apresiasi terhadap songket meluas dan memiliki efek positif bagi perkembangan songket.
"Kami juga berharap, apresiasi terhadap songket makin meluas, dan akan memiliki efek terhadap upaya untuk melestarikan tradisi indah dalam menenun songket di Indonesia," tuturnya.
Selain pasangan suami istri asal Bern, Swiss tersebut, Palantaloom turut digagas oleh partner baru, wanita asli minang bernama Trini Tambu. Wanita ini merupakan seorang yang handal dalam bidang marketing, baik di dalam maupun luar negeri.
Hingga saat ini, studio Palantaloom telah menghasilkan berbagai ragam tenunan dengan desain yang bervariasi, yakni Replika Songket Lama Minangkabau, Kontemporer Design, Rumah Minangkabau Design, Arca design (diangkat dari motif ukir pada pakaian arca Syamatara, arca shiva-Nandiswara, arca Bhairawa-Buddha, serta Motif Patola dari Gujarat, India (desain motif Patola dari gujarat,India).
Seluruh produk karya dari Palantaloom dibuat secara manual, menggunakan tangan penenun serta alat tenun yang masih tradisional.
Songketnya pun ditenun dengan material sutra ulat (silk), dicelup menggunakan pewarna alam (tye dye) serta penggunaan benang logam emas dan perak.