Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Lagi Puber Kedua? Ini Cara Mengelolanya agar Keluarga Tetap Utuh!

Puber kedua identik dengan sebutan umum masyarakat terkait dengan perubahan perilaku yang biasanya terjadi di usia menjelang 40 tahun.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Lagi Puber Kedua? Ini Cara Mengelolanya agar Keluarga Tetap Utuh!
ist

TRIBUNNEWS.COM - Puber kedua identik dengan sebutan umum masyarakat terkait dengan perubahan perilaku yang biasanya terjadi di usia menjelang 40 tahun.

Perubahan perilaku ini berupa sikap suka terhadap individu lain di luar pasangan dan sikap yang berubah menyerupai remaja.

Psikolog Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UWKMS), Ely Rosetyo MPsi menjelaskan, tidak ada hal ilmiah dari puber kedua.

Hal ini berarti tidak ada perubahan hormon atau bentuk fisik layaknya pada masa puber pertama.

“Puber kedua itu bentuk ketertarikan ke orang baru. Hormon tetap sama, lebih pada perasaan, secara psikologis ada kecenderungan ketakutan pada masa tua dengan keadaan fisik yang tidak lagi sama seperti saat muda,”paparnya ketika ditemui SURYA.co.id, Minggu (14/8/2016).

Adanya stres, permasalahan rumah tangga, depresi, pengaruh lingkungan serta kurangnya dukungan keluarga bisa membuat masa puber kedua ini menjadi menyimpang.

“Kalau rasa sukanya sama pasangan sendiri tidak masalah. Tetapi kalau malah ke orang lain dan memperburuk keadaan rumah tangga. Maka akan menjadi masalah,”lanjutnya.

Berita Rekomendasi

Psikolog UKWMS yang juga menjadi konselor di Pusat Layanan Psikologi di UWKMS ini menerangkan untuk menghindari tekanan psikis hingga melakukan penyimpangan perlu adanya pengendalian diri. Hal ini bisa dimulai dengan manajemen stres.

Kepala Kantor Urusan Internasional UWKMS, Erlyn Erawan Psy D menambahkan selain mencari penyebab stres dan pengaruhnya terhadap perilaku.

Manajemen stres bisa dilakukan dengan menyeimbangkan aktivitas dan mengontrol setiap tindakan yang dilakukan.

“Bisa memfokuskan diri pada masalah yang ada dibandingkan membuat masalah baru. Lebih pada peningkatan kesadaran diri,” lanjutnya.

Dikatakan wanita yang juga Psikolog UKWMS ini, puber kedua, tidak mutlak mengubah perilaku seseorang menjadi menyimpang.

Kuatnya kepribadian dan kesadaran diri akan memengaruhi seseorang dalam melewati masa puber kedua.

Ia juga sependapat dengan Ely bahwa peyimpangan puber kedua, biasanya cenderung dengan penolakan akan mengalami ketuaan dan ketakutan akan kematian.

Keluarga dan orang terdekat harus bisa mengembalikan kesadaran seseorang yang mengalami penyimpangan puber kedua.

“Kembalinya seseorang dari penyimpangan perilaku puber kedua tidak bisa ditentukan. Bisa 1 tahun, 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun, bahkan tidak bisa kembali sama sekali. Kalau dari orang terdekat tidak bisa maka hanya orang itu sendiri yang bisa mengubah sikapnya,”tuturnya.

Penyimpangan puber kedua yang mengarah pada penyimpangan moral seperti perselingkuhan hingga perceraian menurutnya akan berdampak besar bagi anggota keluarga yang belum cukup usia.

“Sehingga lebih baik memperhatikan pihak keluarga yang lebih muda yang lebih membutuhkan perhatian. Karena pihak yang mengalami puber kedua sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihan hidupnya,”pungkas Erlyn Erawan.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas