Pameran Pesona Kain dan Budaya Ende Pedulinya Komunitas Peduli Wastra Indonesia
Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur kaya dengan keindahaan alam salah satunnya gunung Kelimutu yang mempunyai tiga buah danau kawah
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur kaya dengan keindahaan alam salah satunnya gunung Kelimutu yang mempunyai tiga buah danau kawah dipuncaknya.
Tak hanya keindahaan alam kabupaten seluas 2.046,6 km itu juga memiliki kain yang ditenun dengan cara tradisional.
Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kain tradisional Ende, Komunitas Peduli Wastra Indonesia yang terdiri dari sekelompok wanita dengan berbagai latar belakang profesi berbeda menggelar pameran Pesona Kain dan Budaya Ende di Museum Seni Jakarta (d/h Museum Tekstil) di jalan KS Tubun Tanah Abang Jakarta Pusat.
Acara dibuka oleh ibu Rini Rudiantara yang mewakili ibu Mufidah Jusuf Kalla selaku Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional.
Sinta Kaniawati salah satu penggagas KPWI mengatakan Indonesia memiliki memiliki kekayaan dan keanekaragaman budaya yang luar biasa dan salah satu daerah yang memiliki potensi budaya tersebut adalah Kabupaten Ende dan kain tenun Ende menyimpan potensi lebih namun kurang diapresiasi.
Ia berharap melalui pameran ini akan lebih mendekatkan masyarakat dengan kain Ende sehingga kelestarian kain dan kesejahteraan pengrajin tetap terjamin.
“Ini adalah karya (Pameran) pertama yang kami gelar. Mudah-mudahan pameran serupa juga akan kami gelar untuk daearah lainnya di Indonesia,” ungkap Shinta saat peresmian pameran, Rabu (14/12/2016).
Menurut Shinta pameran ini selain bertujuan untuk memperkenalkan dan mengingatkan masyarakat Indonesia akan warsian budaya kain tenun ikat Ende yang beragam juga sekaligus untuk penggalangan dana yang akan digunakan untuk membantu program revitalisasi museum tenun Ende dan juga mendorong pemberdayaan para pengrajin tenun.
Ali Abubekar, penggagas sekaligus pengelola Museum Tenun Ikat Ende menjelaskan ada sebanyak 120 lembar kain tenun Ende yang merupakan koleksi Museum Tenun Ikat Ende dipamerkan untuk umum, bahkan beberapa di antaranya sudah berusia 30 tahun lebih.
Salah satunya kain Lawo Keli Mara yang dibuat oleh Suku Lio. Dibuat dengan teknik ikat lungsi, kain ini hadir dalam warna kecokelatan sebagaimana tenun Ende umumnya.
Berbeda dari tenun daerah lainnya, tenun Ende terdiri dari dua elemen, yaitu motif dan ragam hias sehingga terlihat padat. Motifnya sendiri sangat halus.
Selain itu tenun Ende terbuat dari pewarnaan alami sehingga warnanya cenderung gelap dan kecokelatan.
“Saat ini ada 50 pengrajin yang kami bina masih memerlukan bantuan dalam hal pemberdayaan secara teknik tenun, penggunaan bahan-bahan alami dan bahan baku lainnya serta akses permodalan dan pemasaran,” tuturnya.
Berbagai kegiatan yang disajikan adalah peragaan busana dan pameran busana kain Ende rancangan desainer Musa Widyatmodjo, pameran dan lelang 100 kain tenun Ende koleksi dari Museum Tenun Ende dan lelang lukisan Kelimutu karya Yeni Fatmawati Fahmi Idris.
Menurut Yeni Fatmawati, lukisan Kelimutu itu dibuatnya sebagai salah satu bentuk kekagumannya pada sang pencipta yang menciptakan tiga buah danau di puncak gunung.
Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.
“Lukisan ini saya buat sebagai bentuk kecintaan saya kepada keindahaan alam Ende, Flores. Nantinya semua dana yang terkumpulkan dari hasil lelang ini akan di gunakan untuk revitalisasi museum Ende,” kata wanita berhijab ini.
Istri tokoh nasional Fahmi Idris ini berharap melalui kegiatan ini Komunitas Peduli Wastra Indonesia dapat semakin mengepakan sayapnya dalam melestarikan budaya Indonesia.