6 Jenama Fesyen Lokal yang Ramah Lingkungan, Bantu Jaga Bumi Tetap Asri
Berikut ini dirangkum dari sejumlah sumber, deretan jenama fesyen lokal yang menerapkan slow fashion dan ramah lingkungan.
Penulis: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Tribunners, pernahkah kamu mendengar istilah slow fashion dan fast fashion dalam industri pakaian? Dua pendekatan ini kerap dibanding-bandingkan karena memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan.
Menukil dari laman resmi Kemenparekraf, tren fast fashion, yang merupakan istilah untuk tren fesyen dan pakaian yang cepat berganti, diperkirakan menyumbang 10 persen dari total emisi karbon global.
Sebaliknya, slow fashion merupakan jenis produk industri fesyen yang memerhatikan keberlanjutan dan menggunakan bahan yang lebih eco-friendly pada setiap produknya, misalnya bahan-bahan organik dan tanpa bahan kimia.
Mengingat pelestarian alam telah menjadi hal yang memerlukan perhatian bersama, kini makin banyak jenama fesyen lokal yang mulai menerapkan prinsip keberlanjutan melalui slow fashion.
Berikut ini dirangkum dari sejumlah sumber, Jumat (27/12/2024), deretan jenama fesyen lokal yang menerapkan slow fashion dan ramah lingkungan.
1. Sejauh Mata Memandang
Jenama fesyen lokal milik Chitra Subyakto ini didirikan tahun 2014. Berkomitmen pada keberlanjutan, Sejauh Mata Memandang menerapkan praktik daur ulang untuk mengurangi limbah tekstil selama proses produksi berlangsung dan menggunakan bahan-bahan yang tidak merusak lingkungan.
Sejauh Mata Memandang juga menjalankan pemberdayaan perajin lokal. Motif-motif yang dihadirkan pada setiap produknya umumnya terinspirasi dari kekayaan budaya Indonesia, seperti tenun dan batik, yang dibuat secara manual dengan tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan dalam setiap produknya.
2. SukkhaCitta
SukkhaCitta milik Denica Riadini-Flesch hadir sejak tahun 2016. Sebagai jenama mode ramah lingkungan yang berkonsep perusahaan sosial, brand lokal ini turut mengusung pemberdayaan perempuan.
Menariknya, setiap pembelian produk SukkhaCitta turut mendukung pemberdayaan petani kapas dan perajin dari desa-desa terpencil di Indonesia.
SukkhaCitta menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan yang diproduksi secara manual. Proses produksinya juga mengedepankan standar etis yang memperhatikan kesejahteraan perajin serta kelestarian lingkungan.
Mengutip dari laman Kompas, SukkhaCitta juga berkontribusi dalam upaya pengurangan jejak karbon dengan memangkas 25 metrik ton emisi gas rumah kaca. Selain itu, mereka berhasil mencegah lebih dari satu juta limbah air dengan menerapkan penggunaan pewarna alami 100 persen untuk setiap pakaian yang mereka produksi.
3. SARE/Studio