Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Drayang Suksesi Saskara Alengka: Digarap Kekinian dengan Sasaran Kamu Muda

Yayasan Swargaloka kembali mementaskan Drayang (Drama Wayang) bertajuk “Sukesi” - Saskara Alengka.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Drayang Suksesi Saskara Alengka: Digarap Kekinian dengan Sasaran Kamu Muda
ist
Drayang Suksesi Saskara Alengka 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yayasan Swargaloka kembali mementaskan Drayang (Drama Wayang) bertajuk “Sukesi” - Saskara Alengka.

Pergelaran yang didukung Bakti Budaya Djarum Foundation ini, akan dipentaskan di Teater Kautaman Gedung Pewayangan, Jakarta Timur, Minggu 26 Maret 2017 pukul 15.30 WIB mendatang.

“Drayang Swargaloka memadukan berbagai unsur seni, diantaranya seni tari, seni teater, seni musik, seni rupa, dan seni olah sabet wayang. Pertunjukan ini dikemas secara etnik dengan pendekatan populis, tampil selama 90 menit tanpa jeda,” ungkap Produser Drama Wayang Swargaloka, Drs. Suryandoro, kepada para wartawan, di Jakarta, Rabu (15/03/2017).

Dalam penjelasannya, Suryandoro menyampaikan, bahwa “Sukesi” - Saskara Alengka, merupakan pergelaran perdana yang dihajatkan Teater Wayang Indonesia (TWI). TWI merupakan wadah bagi seniman, khususnya para penggiat seni wayang, yang dirintis Sekretariat Nasional Pewayangn Indonesia (SENA WANGI) sejak tahun 2008. Di TWI dipergelarkan berbagai seni pertunjukan wayang dengan standar internasional.

“TWI menampilkan pergelaran wayang berkualitas, seperti Drayang Swargaloka. Keberadaan TWI terkait erat dengan pendidikan dan pariwisata. TWI menjadi sarana strategis. Apalagi sejak tahun 2003 UNESCO menetapkan wayang Indonesia menjadi ‘Masterpiece Budaya Dunia.’ Di TWI masyarakat dunia dapat menonton kesenian wayang yang telah menerima penghargaan internasional,” ujar Suryandoro.

Drayang “Sukesi” - Saskara Alengka, terang Suryandoro, digarap dan diperankan oleh para seniman alumni perguruan tinggi seni dan seniman profesional dari Surakarta dan Jakarta. Mereka adalah para seniman pilihan yang memiliki pengalaman pentas di mancanegara, antara lain, Dewi Sulastri, Ali Marsudi, Harris Syaus, dan Bathara Saverigadi Dewandoro, seniman muda berbakat penyandang gelar Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), koreografer kelas dunia termuda berbasis seni tari tradisi.

Drayang “Sukesi” - Saskara Alengka, disutradarai Irwan Riyadi. Didukung musik Dedek Gamelan Orchestra, dengan Penata Musik Dedek Wahyudi. Melibatkan 50 penari dari Swargaloka Dance Company, dengan Penata Tari Bathara Saverigadi Dewandoro. “Pergelaran ini kami kemas secara dinamis, atraktif, komunikatif, kekinian (populer) dengan sasaran penonton anak muda,” terang Suryandoro.

Ringkasan Cerita “Sukesi” Wanita berparas cantik itu bernama Dewi Sukesi. Putri mahkota Kerjaan Alengka, anak Prabu sumali. Kecantikannya dikenal di seluruh mancanegara. Banyak raja, kesatria, dan pangeran berlomba untuk meminangnya.

Raden Jambumangli – Paman Sukesi – tidak bisa menerima jika keponakannya dipersunting raja atau kesatria yang melebihi kesaktiannya. Maka Jambumangli menggelar sayembara tanding. Hanya kesatria yang bisa mengalahkannya, berhak memboyong Dewi Sukesi.

Banyak kesatria pelamar menjadi korban Jambumangli yang sejatinya ia sendiri ingin memperistri keponakannnya. Banjir darah di Alengka mengusik Dewi Sukesi, maka ia menginginkan untuk menghentikan sayembara dan hanya mau dipersunting oleh orang yang dapat menjabarkan Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.

Seorang Begawan Wisrawa berniat melamar Dewi Sukesi bagi Danaraja, anaknya. Begawan Wisrawa merasa memahami Sastra Jendra, sehingga ketika ia menjabarkan kepada Sukesi, ia lalai kepada Ilahi maka menjadi sombong budinya. Ia terjerumus melakukan asmara terlarang. Namun penyesalan Begawan Wisrawa karena tidak mampu mengemban amanat anaknya tak berujung.

Begawan Wisrawa menahan rasa malu. Setiap langkah perjalan dari Alengka ke Lokapala terasa berat. Terbelenggu cibiran dari orang-orang yang melihatnya. Namun dalam situasi tersebut Sukesi tetap tegar. Sebab ia telah merelakan hidupnya menjadi korban demi terwujudnya kedamaian dunia di masa depan.

Filosofi ‘Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu’ memiliki daya membangun dan memelihara. Metode mencapai kemanusiaan yang luhur, ketentraman, ketatasusilaan dan kebutuhan adiluhung yang mendorong manusia menjadi lebih beradab. Hakekat kepasrahan manusia kepada Ilahi agar ia dapat disucikan dari dosa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas