Kenapa Dokter Spesialis Kulit Ini Tidak Merekomendasikan Sulam Alis?
Sulam alis beberapa tahun belakangan memang jadi tren di kalangan wanita Indonesia. Itu karena tak sedikit selebritas yang mempraktikkannya.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Sulam alis beberapa tahun belakangan memang jadi tren di kalangan wanita Indonesia. Itu karena tak sedikit selebritas yang mempraktikkannya.
Sulam alis bagi sebagian kalangan dinilai lebih instan dibandingkan harus menggambar alis setiap kali merias wajah.
Tampilannya yang lebih terlihat rapi juga membuat banyak perempuan tertarik untuk menyulam alisnya. Namun rupanya praktik ini sendiri tidak direkomendasikan oleh dokter kulit, kenapa ya?
Satu di antaranya oleh dr. Jonathan R. Supedi, SpKK dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari Bamed Skincare. Ia menyampaikan pendapatnya pada acara Seminar Media Bamed Skincare, 16 Agustus 2018 di Jakarta.
"Di indonesia untuk nonmedis belum ada regulasinya, kita sih enggak merekomendasikan untuk sulam alis, klinik aja agak longgar regulasinya, makanya bisa sampai suntik ini itu," ujar dr. Jonathan saat diwawancarai secara eksklusif.
Selain karena faktor keamanan karena regulasi, rupanya faktor utamanya ialah dari segi keamanan dalam hal bahan dan cara penyulaman alis.
"Jadi kalau sulam alis itu bikin perlukaan, terus dimasukin tinta. Tentunya dari perlukaannya harus steril, tempatnya juga, estetician harus steril dan dilakukan dengan dengan baik," ujarnya.
Menurutnya, sebetulnya tidak apa-apa bila memang dilakukan dengan benar oleh ahli yang bersangkutan.
Secara prinsip bila dilakukan dengan baik tentunya tidak akan menimbulkan masalah seperti kena saraf atau pembuluh darah karena lapisan luar kulitnya saja yang dilukai.
Namun, perlu diperhatikan bahwa banyak hal yang memang bisa terjadi, misalnya saja alergi terhadap bahan atau pewarna alis tersebut.
"Dari tinta bisa alergi, setahu saya tintanya itu sama dengan tato yakni PPD, itulah yang bisa menyebabkan alergi, walaupun tidak semua orang bisa alergi juga," katanya.
Dikutip dari website Kimia UII, PPD atau paraphenylenediamine merupankan senyawa pewarna dalam industri pewarna rambut dan bahan dasar tato yang bisa berbahaya.
Reaksinya bisa berbahaya, terlebih bila bereaksi dengan oksida dan basa kuat.
Penggunaannya harus dibatasi, karena bisa menyebabkan kanker dan alergi pada kulit, mata, serta saluran pernafasan.
Menurut dokter Jonathan, sulam alis ini memang biasanya tidak dilakukan oleh dokter kulit sehingga dirinya pribadi tegas tidak merekomendasikan.
Apalagi bila dilakukan di tempat yang izinnya tidak jelas, bisa fatal akibatnya bila terjadi sesuatu.
"Kita sih tetap tidak merekomendasikan dan di Bamed sendiri memang tidak ada pelayanan sulam alis," pungkasnya.(*)