Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Perlukah Seorang Ibu Mengungkap Kesedihannya kepada Anak?

Menjadi ibu rumah tangga bukan perkara mudah. Ia mengurus segala tetek bengek yang ada rumah. Kadang ia merasa menanggung beban itu sendirian.

Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Willem Jonata
zoom-in Perlukah Seorang Ibu Mengungkap Kesedihannya kepada Anak?
Wavebreak Media LTD
ilustrasi ibu dan anak 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Menjadi ibu rumah tangga bukan perkara mudah. Ia mengurus segala tetek bengek yang ada rumah. Tak terkecuali suami dan anak-anak.

Kadang ia merasa menanggung beban itu sendirian. Hingga tanpa sadar menitikkan air mata. Pertanyaannya, apakah seorang ibu bisa menceritakan kesedihannya kepada sang buah hatinya?

Psikolog klinis keluarga, Monica Sulistiawati menyebutkan sebaiknya ibu menceritakan kesedihannya kepada anak Anda.

Alasannya, anak dapat belajar lebih banyak mengenai emosi, sehingga ke depannya saat sedang bersedih anak dapat mengekspresikan diri dengan menangis.

Baca: Plus Minus Konsumsi Bawang Putih Bagi Ibu Menyusui

“Iya sebaiknya diberi tahu karena anak perlu mengetahui emosi ketika si anak melihat ibu mangis anak belajar oh sedih ini seperti ini toh sedih itu boleh ya,“ tutur Monica saat ditemui di acara MotherCare di Jakarta Pusat, Selasa (12/2/2019).

Monica juga menyebutkan penting sekali mengenalkan keterbukaan kepada anak karena saat ini banyak anak yang menahan emosi mereka alias tertutup. Mereka mengaku tidak apa-apa padahal mereka sedang sedih. 

Berita Rekomendasi

Pada anak-anak yang tertutup tersebut akan berbahaya ketika emosi mereka meledak karena bisa saja menyebabkan si anak melakukan pemukulan hingga bunuh diri.

"Makin sekarang banyak yang bikin emosi tetap dalam diri, begitu dia kesenggol sedikit itu bisa langsung meledak bisa pukul orang, ngancem, bunuh diri jadi lebih  baik mengakui,” papar Monica.

Cara Memberi Tahu ke Anak Saat Ibu Sedih

Proses memberitahu ke anak pun harus dilakukan perlahan-lahan pertama dengan memancing reaksi anak seperti mengajukan pertanyaan mengapa ibu menangis.

“Lihat dulu ke anaknya, ketika ibu menangis reaksi si anak seperti apa misalnya anak nanya mama kenapa. Terus bilang mama sedih,” turur Moncia.

Kemudian, ceritakan permasalahan yang membuat ibu menangis tapi jangan mendetil, hanya intinya saja.

Tujuannya agar anak tidak berpikir terlalu luas atau menimbulkan persepsi lain dari si anak.

“Mamahnya boleh katakan sedih kenapa tapi gak perlu detil kenapa, cukup intinya saja misalnya mamah sedih kangen sama papah,” ungkap Monica.

“Katakan jujur tanpa melukai hati si anak atau membuat si anak memikirkan persepsi yang lain. Karena anak bisa pikir papahnya jahat papahnya ini itulah,” pungkas Monica.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas