Gampang Marah? Bisa Jadi Anda Mengalami Gejala Depresi
Marah memang menjadi bagian dari emosi yang sehat. Tapi, dalam beberapa kasus menjadi pertanda hal yang lebih serius: depresi.
Editor: Willem Jonata
Bess Meade, seorang pekerja seni didiagnosas mengalami depresi sejak usia 19 tahun. Gejala awalnya adalah amarahnya. Ia membentak rekan kerjanya selama rapat dan memecahkan jendela rumah mantan pacarnya.
“Ibuku bilang kalau saya sedang marah dan saya harus melakukan sesuatu untuk melampiaskannya,” kata Meade yang saat ini berusia 29.
Sekarang, Meade mampu mengelola emosinya dan gejala depresi lainnya melalui kombinasi antidepresan dan perubahan gaya hidup sehat.
“Saya mulai mengikuti kelas yoga ketika saya benar-benar berjuang dengan depresi sekitar setahun yang lalu. Hal ini meningkatkan kesadaran saya tentang tubuh dan pernafasan yang dapat membantu saya keluar dari rasa takut,” tambahnya.
Menulis jurnal
Selain obat-obatan, latihan pernafasan, dan olahraga, Marianna mengatakan menulis jurnal bisa menjadi cara yang bermanfaat untuk mengelola amarah dan mencari akar penyebabnya.
Ia menyarankan kepada para pasiennya untuk menuliskan hal-hal negatif, kemudian menanyakan dan mencari tahu kebenaran dari hal tersebut.
“Jika pikirannya mengatakan bahwa ‘saya sedang tidak baik’, saya akan bertanya lagi ‘hal apa yang tidak baik?” tambahnya.
“Ketika kamu merasa tidak nyaman, tanyakan sampai kamu mendapat jawabannya”
Cara mana yang dianggap berguna mungkin berbeda pada tiap orang, namun langkah pertama adalah mendapatkan bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater. (Aldo C Sitanggang)
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gampang Marah, Gejala Depresi yang Jarang Diketahui"