Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Gampang Marah? Bisa Jadi Anda Mengalami Gejala Depresi

Marah memang menjadi bagian dari emosi yang sehat. Tapi, dalam beberapa kasus menjadi pertanda hal yang lebih serius: depresi.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Gampang Marah? Bisa Jadi Anda Mengalami Gejala Depresi
Hypnotherapy in Wales from Gaia Evalyn Love
Stres 

TRIBUNNEWS.COM - Depresi seringkali dikaitkan dengan rasa sedih berkepanjangan dan menarik diri, tetapi ada respon emosional lain yang sering terabaikan padahal merupakan gejala depresi.

Semua tahu rasanya terjebak dalam kemecetan parah atau tidak sengaja menendang meja hingga kopi tumpah. Tentu saja itu akan membuat kita marah.

Marah memang menjadi bagian dari emosi yang sehat. Tapi, dalam beberapa kasus, marah yang terus menerus atau persoalan kecil bisa membuat kemarahan meledak, itu menjadi pertanda hal yang lebih serius: depresi.

Sebuah penelitian di tahun 2014 menemukan bahwa amarah, baik yang ditekan atau terlalu besar, merupakan tanda dari kondisi mental seseorang.

Orang yang kesulitan mengontrol amarahnya beresiko mengalami depresi. Para ahli mendeskripsikan penyakit mental sebagai "kemarahan terhadap diri sendiri" atau "kemarahan ke dalam".

“Tidak selalu terlihat seperti depresi, padahal memang demikian,” kata Marianna Strongin, seorang psikolog klinis.

Marah yang menjadi gejala depresi bukanlah marah biasa, namun yang gampang meledak dan sulit dikendalikan.

Berita Rekomendasi

"Orang tersebut atau keluarganya biasanya sadar dia tidak bisa mengendalikan marahnya dan datang ke psikolog untuk mengatasinya. Tapi setelah digali lebih dalam sebenarnya kemarahan itu sebagai gejala depresi," kata Strongin.

Jika orang yang depresi lebih dikenal dari gejala merasa sedih dan kosong, sebagian punya gejala gampang marah.

Menurut Strongin, lebih mudah untuk menyadari kemarahan sebagai sesuatu yang salah dibanding emosi murung.

Baca: Konsumsi Ikan Tongkol Ternyata Efektif Atasi Depresi, Ini Alasannya

“Kesedihan lebih berat untuk dirasakan. Sedih adalah tahapnya dan marah adalah aksinya. Jadi, terkadang orang mengalihkan untuk tidak merasa sedih, tetapi sebaliknya, amarahlah yang terpancing,” tambahnya.

Pada laki-laki Meski depresi lebih banyak diderita perempuan, tetapi menurut psikolog Sherry Benton laki-laki yang lebih banyak menunjukkan kemarahan sebagai gejala depresi.

“Terkadang muncul keinginan untuk menarik diri dari orang lain. Marah adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk menjauhkan dari orang lain” kata Sherry.

Laki-laki cenderung menjauh dari orang yang dicintainya dan menutupi depresi yang mereka alami sendirian. Bukan berarti perempuan tidak mengalaminya juga.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas