Lucky Trend Fashion Show Kembali Digelar, Produk Tekstil Sokong Trend Fashion
Lucky Textile Group kembali berhasil menggelar pagelaran busana yang mengusung busana berbahan tekstil ‘Lucky Trend Fashion Show’, Selasa (19/2/2019).
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lucky Textile Group kembali berhasil menggelar pagelaran busana yang mengusung busana berbahan tekstil ‘Lucky Trend Fashion Show’, Selasa (19/2/2019).
Di tahun ketiga ‘Lucky Trend Fashion Show’ mengusung tema Equilibre yang memiliki makna keseimbangan dan keharmonisan yang dibuka dengan peragaan busana rancangan siswa Binus Northumbia, dan dilanjutkan dengan 15 koleksi dari empat desainer Esmod Jakarta.
Adi Haryono, Manager Marketing PT. Lucky Print Abadi Adi Haryono menyebutkan selain menyuplai bahan tekstile untuk brand-brand ternama, Lucky Textile Group juga bekerjasama dengan sekolah-sekolah fashion di Indonesia agar industry fashion terus mengalami perkembangan.
“Banyak startup brand dan banyak sekolah fashion kami ingin bangun relasi untuk mengembangkan industri fashion kedepan sehingga industri fashion bisa jadi lokomotif,” kata Adi saat ditemui di Royale Golf Jakarta, di Halim, Selasa (19/2/2019).
Adapun karya dari para siswa tersebut beragam mulai dari atasan, dress, celana yang menggunaknan warna-waran terang seperti merah, putih, kuning.
Baca: Peringkat YouTube Baim Wong Menyodok, Atta Halilintar Komentari Subscriber
Di tahun 2019 ini, pada fashion show utama Lucky Textile Group menggandeng Phangsanny desainer yang terkenal dengan brand Terbuai yang motif busananya berasal dari kain tenun dari Sumba, NTT.
Ada 16 busana yang ditampilkan Phangsanny yang kebanyakn dres dan celana longgar yang dibuat louse, tidak terlalu body fit, sehingga bisa digunakan oleh segala ukuran.
Phangsanny menceritakan kain tekstil dengan motif tenun sumba ini sebagai upaya untuk mempopulerkan kain tenun sumba yang menurutnya jika kain asli yang digunakan teksturnya terlalu berat dan membutuhkan waktu yang lama jika ingin diproduksi dalam jumlah banyak.
Maka dengan kerjasama antara Phangsanny dengan Lucky Textile Group motif dari kain asli bisa dituangkan dalam kain textile berbahan katun yang nyaman digunakan.
Namun Phangsaany sengaja tidak membuatnya terlalu banyak utnuk satu motif bahan agar semakin banyak motif yang digunakan.
Untuk motif-motif tersebut Phangsanny langsung membelinya dari para pengrajin tenun Sumba di Nusa Tenggara Timur.
“Terbuai kenapa printing karena ingin mempopulerkan kain aslinya juga karena tenun asli terlalu tebal untuk diaplikasikan,. Setiap desain hanya 30 motif bersumber kain tenun asli,” ungkap Phangsanny.